SELAMA beberapa minggu lalu, kota Chiang Mai di bagian utara Thailand berada di puncak bagan global platform informasi kualitas udara IQAir tentang kualitas udara yang buruk, di atas Lahore, Pakistan, dan New Delhi, India.
Tingkat polusi yang tinggi di Chiang Mai dan provinsi sekitarnya membuat turis menjauh dan mengkhawatirkan kondisi penduduk setempat. Pemerintah mendesak warganya untuk menghindari kegiatan di luar ruangan.
Baca Juga:
Solusi Perawatan Rambut, Terhindar dari Kerusakan Karena Polusi

“Udara yang dihirup orang-orang di Thailand utara mempersingkat hidup mereka hingga tiga, empat tahun. Itu menyebabkan kanker, masalah kesehatan mental, masalah lainnya. Hampir tidak ada yang membahas penyebabnya, ada begitu banyak kepasifan,” kata Pendiri LSM Thailand Clean Air Network Weenarin Lulitanonda kepada Al Jazeera.
Dia mencoba mengajak masyarakat Thailand dan memaksa pemerintah untuk mengatasi apa yang menyebabkan salah satu bencana lingkungan paling akut di kawasan itu. Setiap tahun di antara bulan Februari dan April disebut sebagai “musim kabut asap” di Thailand bagian utara.
Chiang Mai menjadi pusat budaya dan wisata di kawasan itu dan rumah bagi sekitar 128 ribu orang. Dikutip dari sumber yang sama, menurut perusahaan kualitas udara Swiss IQAir, kualitas udara di Chiang Mai hampir 15 kali lipat lebih tinggi dari batas harian yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga:

Bahayanya adalah ada partikel halus di dalam asap yang berdiameter 2,5 mikron atau kurang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan telah dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti bronkitis akut dan kronis, serta serangan asma.
Tidak perlu peralatan lengkap untuk melihat masalahnya. Kabut beracun membatasi jarak pandang hingga beberapa ratus meter. Dilansir dari media lokal Prachatai, ribuan orang menderita masalah pernafasan. Satu rumah sakit di Chiang Mai melaporkan hampir 13 ribu pasien mencari pengobatan untuk masalah pernafasan pada kuartal pertama tahun 2023.
Seorang profesor kimia di Universitas Chiang Mai, Somporn Chantara menjelaskan pada periode kabut asap, setengah kabut asap berasal dari pembakaran biomassa pertanian. Petani menggunakan api terkendali untuk menghilangkan semak dan menyuburkan tebu, jagung, dan sawah mereka. Musim panen jatuh pada musim kemarau, ketika angin maupun hujan tidak dapat menghilangkan kabut. (vca)
Baca Juga: