INDUSTRI fesyen bertanggung jawab atas penggunaan kemasan plastik sebesar 26% dari total plastik yang dibuat secara global tiap tahun. Karena itu, mengganti plastik ke kemasan yang berkelanjutan (sustainable) merupakan salah satu solusi untuk menekan penggunaan plastik.
Kreativitas dan inovasi berbagai merek fesyen diuji untuk kerja sama dengan sektor publik atau swasta demi wujudnya perbedaan yang lebih berarti dan baik.
Selain mendorong konsumen untuk menggunakan kembali tas sekali pakai, upaya utama yang telah dilakukan oleh berbagai merek fesyen adalah menyediakan tas yang dapat digunakan kembali. Juga mengganti kemasan plastik dengan kertas. Terakhir, mendorong daur ulang atau menggunakan kemasan dan tas yang terbuat dari plastik daur ulang.
"Meskipun itu tindakan positif dan menunjukkan bahwa pemilik jenama mencoba melakukan sesuatu, banyak upaya tersebut gagal membuat perbedaan yang berarti," tulis just-style.com.
Baca juga:

Blog mode ramai menyuarakan penggunaan kembali kantong plastik yang digunakan jenama fesyen untuk mengirimkan produk mereka. Ternyata plastik itu tidak pernah benar-benar hilang meskipun digunakan beberapa kali.
Plastik berubah menjadi mikroplastik yang mencemari tanah, laut, dan bahkan tertanam di tubuh manusia. Situasi ini menghadirkan ancaman ekologis dan kesehatan yang cukup serius.
Daur ulang juga bukan solusi yang diharapkan banyak konsumen dan pemegang jenama. Hanya sekira 11% dari plastik fleksibel, bahan yang biasanya digunakan untuk pengiriman barang, yang benar-benar masuk ke program daur ulang. Sisanya tidak didaur ulang karena kontaminasi dan ketiadaan keuntungan ekonomis.
Selain itu, meskipun kain dan kantong kertas terlihat indah dan terasa 'alami', mereka juga bukan solusi yang ideal. "Hal tersebut karena mereka membutuhkan penggunaan pohon, volume air yang tinggi, dan melibatkan proses pembuatan yang mencemari lingkungan," catat just-style.com.
Solusi yang telah lama diabaikan, tetapi cukup berkembang adalah menggunakan tas dan kemasan kompos. Ini sebenarnya cara lama, tapi terbukti efektif.
Pengomposan sampah organik berasal dari banyak peradaban kuno, termasuk pada periode Neolitikum pada 10.000 tahun yang lalu di masyarakat Mesir dan Yunani. Pengomposan selalu menjadi cara yang baik untuk meningkatkan kesehatan tanah dan hasil panen.
Saat ini, dengan kondisi erosi tanah dan perubahan iklim, pengomposan memiliki peran untuk membantu penanaman bahan makanan yang cukup untuk populasi global dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang merupakan kontributor utama pemanasan global.
Baca juga:

Ketika barang-barang, termasuk sisa makanan dan bahan kemasan, dikomposkan, itu membantu mencegah pelepasan metana ke lingkungan.
Oleh karena itu, lebih banyak jenama harus mempertimbangkan kemasan kompos. Apiece Apart, Pangaia, dan Gabriela Hearst telah mengambil langkah ini.
Jenis kemasan ini bisa hancur menjadi kompos pertanian yang berharga. Kemasan tersebut juga dapat digunakan untuk pengiriman barang ke konsumen, kemasan barang yang dibeli di toko. Tim logistik perusahaan dapat menyimpan produk, mengirimkan bahan, dan produk di sepanjang rantai pasokan.
Plastik kompos umumnya transparan dan fleksibel sehingga memberikan manfaat yang sama dengan plastik tradisional.
Jenama yang menggunakan plastik kompos perlu memastikan lebih dulu dengan menguji, sertifikasi, dan melengkapinya dengan instruksi yang jelas untuk konsumen dan pengguna lain tentang bagaimana dan dimana pembuatan komposnya.
Pemerintah setempat perlu menawarkan jasa angkut bahan kompos dari rumah-rumah yang menerima kemasan kompos. Dengan kata lain, pengomposan perlu menjadi bagian yang lebih besar dari sekadar pengelolaan limbah.
Mengirimkan bahan kompos bersertifikat ke tempat di mana mereka benar-benar akan dikomposkan harus semudah membuang jenis sampah lainnya. Gudang perusahaan dan titik rantai pasokan lainnya juga perlu bekerja sama dengan composter untuk memproses limbah kompos mereka. (ahs)
Baca juga:
Master & Dynamic Keluarkan Speaker Perdana Berbahan Beton Komposit