TUBUH perempuan memang didesain untuk memiliki kemampuan menumbuhkan janin di dalam rahim hingga ia lahir ke dunia sebagai manusia baru. Janin di dalam rahim tentunya membutuhkan nutrisi untuk bisa berkembang secara optimal melalui plasenta.
Seperti yang kita ketahui, saat hamil tubuh perempuan akan “menciptakan” organ baru yaitu plasenta sebagai asupan nutrisi utama bagi janin. Tapi sayangnya, tak semua perempuan mengalami masa kehamilan yang mulus. Ada banyak risiko-risiko kehamilan termasuk masalah pada plasenta seperti plasenta akreta.
Baca Juga:
Menurut Clevelandclinic, plasenta akreta merupakan kondisi ketika plasenta melekat terlalu dalam pada dinding rahim sehingga seringkali menyebabkan pendarahan dan menutup jalan lahir.

Plasenta umumnya akan berpindah posisi ke atas seiring dengan berjalannya waktu agar tidak menghalangi jalan lahir bayi. Di beberapa kasus ada juga plasenta yang berhasil pindah posisi tetapi akhirnya mengalami plasenta akreta, sehingga setelah bayi lahir dokter kesulitan untuk mengeluarkan plasenta tersebut. Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan hebat hingga berujung kematian.
1. Hamil di usia tua
Hamil di usia tua memang tidak pernah direkomendasikan oleh dokter kandungan. Meskipun perempuan yang sudah berusia lanjut masih bisa hamil selama belum mengalami menopause, kondisi rahim dinilai tak lagi optimal dan dianggap sebagai kehamilan berisiko. Plasenta akreta banyak menyerang ibu-ibu hamil yang telah lanjut usia.
2. Ada riwayat operasi
Apakah masalah plasenta akreta sudah pasti hanya menyerang ibu hamil lanjut usia? Tentu saja tidak. Dalam beberapa kasus, perempuan hamil di usia muda bisa mengalami plasenta akreta jika sebelumnya memiliki riwayat operasi di bagian abdomen, baik itu operasi pengangkatan penyakit atau riwayat operasi caesar.
Baca Juga:

3. Kelahiran prematur
Plasenta akreta tak hanya menyebabkan pendarahan saat persalinan saja. Ibu hamil dengan plasenta akreta dapat mengalami pendarahan hebat beberapa kali selama masa kehamilan. Pendarahan di tengah perjalanan kehamilan dapat menyebabkan bayi kekurangan suplai nutrisi dan oksigen, sehingga bayi berisiko lahir prematur.
4. Merusak organ lain
Plasenta yang tumbuh terlalu dalam bisa menyebabkan gangguan pada organ vital lain seperti uterus. Setelah melahirkan bayi, dokter harus mengangkat plasenta karena tak lagi dibutuhkan oleh tubuh.
Tetapi plasenta akreta menyebabkan plasenta menempel terlalu dalam pada dinding rahim dan bisa saja masuk hingga merusak uterus. Jika sudah begini, dokter akan mengambil tindakan pengangkatan rahim agar ibu tak mengalami pendarahan berkelanjutan di kemudian hari. (mar)
Baca Juga: