Pilih WhatsApp Beriklan atau WhatsApp Berbayar Rp14 Ribu Setahun?
APLIKASI pesan paling populer di dunia dengan pengguna lebih dari 1,5 miliar, WhatsApp, mengkonfirmasi akan mengeluarkan layanan berbayar bagi para pengguna.
Rumor tentang monetisasi WhatsApp telah santer terdengar sejak setahun lalu. Pendiri WhatsApp, Brian Acton dan Jan Koum, sedari awal tak pernah setuju dengan layanan berbayar di platform gubahannya. WhatsApp justru hadir untuk meniadakan biaya seperti pada SMS.
Sejak Facebook mengakuisisi WhatsApp pada 2014 senilai US$19 miliar, kabar monetisasi itu acap mengemuka. Namun, selalu dimentahkan dua pendiri WhatsApp. Rumor itu kembali menghangat ketika Acton dan Koum hengkang.
Kehebohan rumor itu mencapai titik puncak ketika Analis Media Sosial Matt Navara membocorkan rencana monetisasi itu pada gelaran Facebook Marketing Summit di Berlin, Jerman, pada Mei 2019 lalu.
Baca Juga:
Navara melalui akun miliknya @MattNavara mencicit rencana monetisasi nan menjadi perubahan besar WhatsApp sembari membubuhkan contoh layanan iklan di aplikasi pesan berlogo gagang telepon itu.
"Katalog produk WhatsApp akan diintegrasikan dengan katalog Manajer Bisnis Facebook," cicit Navara.
Iklan itu akan muncul pada aplikasi WhatsApp non berbayar. Sementara biaya berlangganan non iklan, melansir CNBC Indonesia, dipatok senilai USD$1 atau sekitar Rp14 ribu setahun.
Facebook telah mengkonfirmasi rencana itu akan direalisasikan pada tahun 2020 mendatang, tapi belum jelas kapan kepastiannya.
Cara WhatsApp nantinya akan meraup pendapatan dengan menyelipkan iklan di antara status penggunanya. Persis seperti iklan di Instagram Stories maupun Facebook Stories.
Baca Juga:
Hadirnya iklan di aplikasi WhatsApp sebelumnya telah diprediksi sejumlah pihak. Karena Facebook Group merupakan platform periklanan terbesar di dunia. Tak banyak orang tahu lebih dari 80% pendapatan perusahaan berasal dari iklan.
Sebelum meninggalkan WhatsApp, Acton sempat mendatangi kantor Facebook Guna mencoba mengusulkan cara WhatsApp meraih keuntungan ke Mark Zuckerberg.
Tapi siapa sangka, sesampainya di sana, keduanya malah berselisih dengan tim hukum Facebook. Pihak Facebook bersikukuh ingin menghasilkan uang melalui iklan, sedangkan Acton ingin membuat WhatsApp dengan biaya berlangganan.
Para pendiri WhatsApp dikatakan sangat membenci iklan, dan menciptakan plaform bebas iklan dengan fokus hanya pada pengalaman pengguna dan antaramuka nan bagus. Ketika membuat WhatsApp, Brian Acton serta Jan Koum ingin menciptakan sebuah platform instant messaging untuk pengguna, bukan untuk perusahaan besar beriklan. (Ryn)
Baca Juga: