Pierluigi Collina, 'The Scream' di Lapangan Hijau

Andika PratamaAndika Pratama - Senin, 04 Juni 2018
Pierluigi Collina, 'The Scream' di Lapangan Hijau
Pierluigi Collina

MerahPutih.com - Ketika berbicara soal sosok wasit yang sangat tegas saat memimpin pertandingan periode 1995 hingga 2005, kita ingat dengan sosok Pierluigi Collina.

Mata membelalak, postur tinggi serta kepala plontos menjadi ciri khas pengadil asal Italia tersebut. Collina dikenal piawai dalam mengendalikan ego, kemarahan, serta rasa frustrasi para bintang lapangan hijau.

Jika mencomot tokoh dalam dunia film, Collina adalah jelmaan dari 'The Scream' karya Edcard Munch. Kepala botak, mata besar yang menimbulkan tatapan dingin seolah-olah bisa melihat isi hati pemain dan membuat mereka mengangguk setuju dengan perintah sang pengadil.

Pria asal Bologna tersebut mampu menjadi pemimpin pertandingan yang dihormati, bahkan tidak segan untuk melakukan kontak fisik demi mengatur para pemain, suatu hal yang jarang terlihat pada dunia sepak bola dengan level kelas wahid.

Pierluigi Collina

Collina lahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai guru, adapun ayahnya adalah pekerja di Kementerian Pertahanan Italia. Dia lulus dari pendidikan yang dipimpin oleh biawarawati. Dengan latar belakang tersebut, Collina kecil tumbuh menjadi seorang yang berpegang teguh pada tata tertib peraturan.

Sebagai seorang anak, Collina tak jauh berbeda dari rekan sebayanya. Dia adalah bocah yang punya mimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Selalu menjadi yang tertinggi di antara teman-temannya, Collina remaja kerap berposisi sebagai gelandang ketika sedang bermain si kulit bundar.

Namun, takdir berkata lain. Collina harus mengubur cita-cita masa kecilnya untuk menjadi pesepak bola karena berbagai faktor (Contoh: persaingan yang ketat). Kenyataan pahit itu membuat Collina sempat berkecil hati. Dia gamang dalam menentukan langkah ke depan.

Collina mencoba mencari jalan lain untuk tetap bersinggungan dengan dunia sepak bola meski tak menjadi pemain. Atas dasar saran dari seorang teman, Collina memutuskan mendaftar menjadi wasit pada usia 17 tahun.

Ternyata, menjadi wasit adalah pilihan yang tepat bagi Collina. Pada 1998, Collina telah menyelesaikan wajib militer yang menjadi keharusan bagi semua pemuda di Italia. Pengalaman tersebut menjadi dasar bagi dia untuk memimpin dengan tenang di tengah kekacauan "perang" dua tim yang bertanding.

Setelah itu, jalan kariernya mudah ditebak. Dengan mulus Collina berhasil promosi dari wasit Serie C2 dan Serie C1 ke Serie A, kompetisi kasta tertingi di negeri pizza tersebut.

#Wasit
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan