Piala Dunia 2022 dan Badai Kontroversi

Andika PratamaAndika Pratama - Minggu, 20 November 2022
Piala Dunia 2022 dan Badai Kontroversi
Logo Piala Dunia Qatar 2022 (ANTARA/Ardika/am)

MerahPutih.com - Mata dunia kini tertuju pada Qatar. Negara kecil di Timur Tengah ini menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Sejak terpilih sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022 pada 12 tahun lalu, banyak suara sumbang yang menganggap Qatar tidak layak menggelar event sepakbola terbesar se-jagad raya.

Baca Juga

Nielsen Gracenote Prediksi Brazil dan Argentina akan Menang Piala Dunia 2022

Untuk menggelar Piala Dunia 2022, pemerintah Qatar menggelontorkan dana yang sangat besar lebih senilai 150 miliar euro (sekitar Rp 2.305 triliun). Dana itu digunakan untuk membangun stadion, bandara, jalan, akomodasi, dan jalur metro baru.

Meskipun demikian, perhelatan Piala Dunia 2022 diwarnai badai kontroversi. Mulai dari masalahan Hak Asasi Manusia (HAM), rasisme, hingga diskriminatif turut mewarnai ini semua.

Hal itu tidak bisa dilepaskan dari ingatan bahwa lebih dari puluhan pekerja imigran yang meninggal saat pembangunan sarana Piala Dunia 2022. Situasi inilah yang membuat suasana Piala Dunia 2022 berbeda dibandingkan gelaran sebelumnya.

Belum lama ini, mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter mengatakan pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah sebuah kesalahan.

"Memilih Qatar adalah sebuah kesalahan. Padad saat itu, kami Komite Eksekutif FIFA sebenarnya sepakat bahwa Rusia harus mendapatkan Piala Dunia 2018," ujar Blatter dikutip dari Sky Sports.

"Qatar negara yang terlalu kecil. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk Qatar. Saya ulangi, memilih Qatar adalah sebuah kesalahan," kata Blatter.

"Saya bertanggung jawab untuk itu sebagai Presiden FIFA yang menjabat," tegasnya.


Qatar dan LGBT

Sejak memastikan menjadi penyelenggara Piala Dunia 2022, Qatar menerapkan aturan ketat terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Segala simbol LGBT termasuk yang dilarang beredar selama Piala Dunia 2022. Sanksi tegas akan diberikan kepada mereka yang melanggar dengan hukuman mulai dari denda hingga hukuman mati.

Namun, Kepala Eksekutif Piala Dunia FIFA Qatar 2022 Nasser al-Khater menyampaikan para pendukung dari jenis kelamin apa pun, orientasi seksual, agama, dan ras, akan diterima oleh masyarakat lokal.

Baca Juga

Saksikan Seluruh Pertandingan Piala Dunia 2022 di Vidio

Perubahan jadwal

Biasanya, Piala Dunia digelar di pertengahan tahun saat seluruh kompetisi sepakbola Eropa selesai.

Namun, tradisi itu berubah ketika Qatar berstatus tuan rumah dan menggelar Piala Dunia 2022 di akhir tahun pada 20 November-18 Desember 2022.

Cuaca panas Qatar menjadi faktor utama penyebab Piala Dunia 2022 harus digelar akhir tahun.

Nantinya, kompetisi sepakbola Eropa akan dihentikan sementara selama kurang lebih satu bulan ketika Piala Dunia 2022 berlangsung.

Presiden FIFA Gianni Infantino Pasang Badan

Presiden FIFA, Gianni Infantino. Foto: ANTARA/Xinhua/pri.
Presiden FIFA, Gianni Infantino. Foto: ANTARA/Xinhua/pri.

Presiden FIFA FIFA Gianni Infantino membela Qatar dari serangan kritikus menjelang penyelenggaraan Piala Dunia yang akan segera dimulai di negara Teluk tersebut.

Kekhawatiran atas perlakuan Qatar terhadap pekerja migran, perempuan dan komunitas LGBTQ, hingga gangguan yang terlihat dari penyelenggara, mencuat di kalangan Barat menjelang pesta sepak bola sejagat itu.

Pejabat Qatar mengatakan negara mereka telah menjadi sasaran "rasisme" dan "standar ganda" dan mereka menunjuk pada reformasi pada kondisi kerja dan keselamatan yang telah dipuji sebagai terobosan di wilayah tersebut.

Sepakbola itu sendiri kembali mendapat perhatian dengan fokus kuat pada politik di luar lapangan hanya 24 jam sebelum pertandingan pembukaan antara tuan rumah Qatar melawan Ekuador.

Infantino, berbicara pada konferensi pers pembukaan turnamen di Doha, Sabtu, melontarkan kata-kata keras untuk pengkritik terhadap catatan soal hak asasi manusia di Qatar.

"Pemberian pelajaran moral ini - sepihak - hanyalah kemunafikan," kata pria Swiss itu seperti dikutip AFP.

"Saya tidak ingin memberi Anda pelajaran hidup, tetapi apa yang terjadi di sini sangat, sangat tidak adil."

Dia menambahkan: "Untuk apa yang telah dilakukan orang Eropa selama 3.000 tahun terakhir, kita harus meminta maaf selama 3.000 tahun ke depan sebelum mulai memberikan pelajaran moral kepada orang-orang."

Infantino juga menyatakan dukungannya untuk komunitas yang terpinggirkan.

"Hari ini saya merasa Qatar, hari ini saya merasa Arab, hari ini saya merasa Afrika, hari ini saya merasa gay, hari ini saya merasa cacat, hari ini saya merasa menjadi pekerja migran," ujarnya

Masalah lain yang mendominasi menjelang turnamen adalah penjualan bir di negara Islam itu, yang sangat membatasi konsumsi alkohol.

Hanya 24 jam sebelum kick-off, penyelenggara pada Jumat (18/11) menetapkan keputusan mengejutkan, melarang penjualan bir di sekitar stadion.

FIFA tidak memberikan alasan untuk keputusan mengejutkan itu, tetapi laporan media mengatakan telah terjadi intervensi oleh keluarga penguasa Qatar.

Lusinan tenda bir Budweiser telah didirikan di lapangan menjelang pertandingan pertama.

Infantino meremehkan keputusan tentang perubahan keputusan di menit-menit terakhir itu pada hari Sabtu.

"Menurut saya pribadi jika selama tiga jam sehari Anda tidak bisa minum bir, Anda tetap akan selamat," katanya.

"Hal yang sama berlaku di Prancis, Spanyol, Skotlandia," tegasnya. (*)

Baca Juga

Wapres Ma'ruf Amin Prediksi 6 Negara Berpeluang Besar Juara Piala Dunia 2022

#Piala Dunia 2022 Qatar #Piala Dunia 2022
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan