Pesan Pemuda Papua Untuk Atlet Asian Games dan Rakyat Indonesia Dalam Lukisan

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 08 Agustus 2018
Pesan Pemuda Papua Untuk Atlet Asian Games dan Rakyat Indonesia Dalam Lukisan
Fauzhan Moosaad, membawa Papua dalam kemeriahan Asian Games dan Peringatan Kemerdekaan RI. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

HIRUK-pikuk kendaraan yang melintas di Jalan Pemuda, Rawamangun serta polusi tak diindahkan oleh Fauzhan Moosaad. Pemuda asal Fakfak ini tetap fokus pada lukisan yang ia gambar di sebuah pilar yang berada di bawah jembatan. Dirinya rela jauh-jauh berangkat dari Fakfak, Papua ke Jakarta demi mempercantik wajah ibukota guna menyambut Asian Games dan Hari Kemerdekaan Indonesia.

“Kami datang ke Jakarta sebagai perwakilan Indonesia Timur,” ucapnya saat ditemui di Pembukaan Mural Competition yang diselenggarakan Citra Marga Nusaphala Persada dan Cikini Art Stage. Pembukaan telah berlalu, namun Fauzhan masih asyik membuat mural di pilar.

Berbeda dengan seniman lainnya, pilar yang harus digambar olehnya berada di perempatan jalan. Ia harus menggambar dengan berhati-hati agar tidak tertabrak oleh kendaraan yang lewat. Konsentrasinya pun diuji karena kendaraan yang lewat di perempatan tersebut tak hanya menyumbang polusi udara tetapi juga polusi suara.

mural
Fauzhan Moosaad menggambarkan keaslian Papua. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

“Setiap kali kendaraan melintas daerah sini, jalanannya bergetar,” cetus sepupu yang turut membantunya, Ardian. Ya. Fauzhan tidak sendiri. Untuk menyelesaikan mural di tiang besar di perempatan jalan tersebut ia dibantu oleh adik dan sepupunya. Di bawah tim bernama Cendrawasih Art, Fauzhan, Ardian dan adiknya Riski membentuk tim solid.

Lukisan berjudul The Spirit of Gold tersebut memiliki detil yang cukup rumit. Lukisan yang rumit, kendaraan yang lalu lalang, dan posisi tiang yang berada di perempatan jalan tidak menggentarkan tekad Fauzhan untuk berpartisipasi dalam gelaran bergengsi kelas dunia tersebut. Selama tiga hari, siang dan malam ia berdiri di hadapan pilar besar. Matanya terus terpaku pada detil gambar sembari menyapukan kuas di tangannya.

Dalam karyanya tersebut, kita bisa menemukan berbagai olahraga yang lekat dengan kehidupan masyarakat di daerah seperti renang, lari, berkuda dan memanah. Renang merupakan olahraga yang membutuhkan ketahanan fisik. Ia berharap atlet Indonesia untuk cabang olahraga renang memiliki fisik yang prima dan mampu mengolah nafasnya sehingga bisa mencapai titik tertentu dan meraih kemenangan.

mural
Memanah mendeskripsikan tradisi budaya. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Sementara atlet berkuda dengan nomor 73 menyimbolkan usia Kemerdekaan Indonesia yakni 73 tahun. Selain itu, kuda juga melambangkan jiwa pemberani. “Dalam menunggangi kudanya para atlet harus mengendalikan kudanya. Artinya, supaya bisa mencapai kemenangan kita harus bisa mengendalikan diri dan menghilangkan rasa takut,” jelasnya.

Sebagai pemuda daerah, Fauzhan mengangkat kebudayaan tanah kelahirannya, Papua. Untuk itu ia memasukkan sosok Kepala Suku yang sedang memanah, lengkap dengan mahkota Cendrawasih yang menjadi simbol Papua. “Figur orang Papua dengan mahkota cendrawasih sedang memanah mendeskripsikan tradisi budaya yaitu melatih konsentrasi dan mengendalikan emosi. Diperlukan keseimbangan tubuh dan fokus untuk mencapai target sasaran,” urainya.

Selain menampilkan kebudayaan daerah dan semangat Asian Games, Fauzhan juga menampilkan berbagai unsur yang menyimbolkan persatuan Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat di lukisannya. Meski berasal dari Fakfak, ia tak ragu menampilkan sosok anak Suku Nias yang sedang melompat di atas Gunung Jayawijaya. “Dalam tradisi Nias, anak laki-laki yang bisa melompat batu berarti siap untuk berperang. Dari budaya tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwa untuk bisa menembus puncak kemenangan harus berlatih sungguh-sungguh, mempersiapkan mental, kekuatan fisik, dan sportifitas,” bebernya. Sementara Gunung Jayawijaya melambangkan kekayaan alam Indonesia.

mural
Mural yang memadukan kekayaan budaya Indonesia. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Di bagian ujung terdapat kapal Phinisi yang memiliki filosofi yaitu semangat gotong royong. Kapal phinisi tersebut juga merefleksikan kepercayaan pada proses dan Tuhan untuk bisa mengarungi samudera serta menaklukan gelombang. Kapal Suku Bugis tersebut juga dipilih oleh Fauzhan karena memiliki estetika tersendiri.

Pada latar tempat lukisan tersebut, kita juga bisa melihat Masjid Istiqlal, Gereja Kathedral, dan Borobudur yang merepresentasikan kerukunan umat beragama.

Pihak panitia telah menyediakan hadiah bagi calon pemenang. Kendati demikian, Fauzhan mengaku tak ngoyo dengan hadiah senilai Rp100 juta yang akan diberikan pada pemenang. Perjalanan jauh dari tanah Papua ia tempuh demi bisa berpartisipasi dalam Asian Games dan Kemerdekaan Republik Indonesia yang hanya selisih satu hari.

“Insya Allah. Buat saya yang penting bisa berpartisipasi sudah senang,” tukasnya. (avia)

#Asian Games 2018
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan