Pesan Bung Karno Jadi Semangat Megawati dalam Berpolitik

Eddy FloEddy Flo - Sabtu, 11 Januari 2020
 Pesan Bung Karno Jadi Semangat Megawati dalam Berpolitik
Ketua Umum PDIP Megawati menyampaikan sambutan dalam Rakernas PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta (MP/Ponco Sulaksono)

MerahPutih.Com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menceritakan inti semangatnya dalam meniti karir politik. Setiap kepelikan dan kepedihan yang dialami Megawati hingga hampir menyerah, Presiden Kelima RI ini selalu mengingat sang ayah, Proklamator RI Bung Karno dan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila.

Megawati menyampaikan tak mudah membangun partai yang saat ini sudah berusia 47 tahun. Mulai saat mendirikan partai bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di bawah rezim Soeharto sampai kepemimpinan Joko Widodo, hari ini.

Baca Juga:

Pidato Jokowi di Rakernas PDIP: Kita Harus Berdikari di Bidang Ekonomi

"Kegembiraan, kepedihan, kemajuan, harapan, kekecewaan, rasa pahit, rasa getir, manis, cemas, letih, babak belur, semua sudah kami alami. Setelah PDIP berturut-turut menang, dalam dua kali Pemilu, 2014 dan 2019, pertanyaan yang selalu menghentak dalam dada saya, inikah makna sesungguhnya sebuah kemenangan politik? Jika sudah menang pemilu, lalu mau apa?" kata Megawati dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional I PDIP di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/1).

Megawati selalu ingat pesan Bung Karno dalam berpolitik
Megawati selalu ingatkan para kadernya tentang pesan Bung Karno dalam berpolitik (MP/Ponco Sulaksono)

Megawati menyampaikan hal itu di hadapan ribuan kadernya. Bukan hanya mereka, Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin dan sejumlah wakil presiden terdahulu yaitu Try Sutrisno, Budiono dan Jusuf Kalla juga hadir. Begitu juga petinggi lembaga dan kementerian ada di sana.

"Apakah menang pemilu berupa kemenangan elektoral? Jadi tujuan akhir bagi partai? Kegelisahan-kegelisahan tersebut selalu melingkari diri saya. Beberapa hari ini saya merenung, saya mencoba menggali kembali lembar-lembar kehidupan politik yang saya lewati. Perenungan spritual itu mengingatkan saya kepada kotak pandora ingatan, kotak yang berisi cita-cita dan gagasan politik laki-laki yang saya panggil bapak," bebernya.

Bapak yang dimaksud Megawati adalah Bung Karno. Yang selalu mendidik Megawati sejak kecil untuk hidup di jalan pengabdian kepada tanah air dan bangsa.

"Bapak mengatakan, saya memohon kepada Allah SWT, tetapkanlah kecintaannya pada tanah air dan bangsa, selalu menyala-menyala di dalam saya punya keadaan sampai terbawa masuk ke dalam kubur saat Allah memanggil," tutur Megawati.

Megawati pernah dalam posisi terendah saat memimpin Partai Demokrasi Indonesia. Saat itu, Megawati menyadari berada di posisi berseberangan dengan pemerintahan Soeharto. Namun, perbedaan itu membuat kantor pantor diserang pada 27 Juli 1996.

"Saya sangat merasa prihatin. Karena saya merasa bukan diri saya yang terobek. Tetapi hukum di Indonesia terobek. Karena bagaimana mungkin sebuah partai yang telah sah ditandatangani oleh republik ini lalu tiba-tiba diserang dan dengan korban yang sampai sekarang ini belum diketahui berapa jumlah yang sebenarnya," ungkapnya.

Meski kerap merasa terjatuh, Megawati selalu berpegangan kepada pesan sang bapak. Lalu, Megawati juga berpegangan pada keyakinan ideologi Pancasila yang memiliki gagasan membumi.

Baca Juga:

Ketua KPU Benarkan Megawati dan Hasto Tandatangani Permohonan PAW Harun Masiku

Menurut dia, keyakinan itu menjadi penyulut semangat bahwa Pancasila harus diperjuangkan agar terwujud kemerdekaan yang penuh, makmur, adil, sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Itulah doa bapak saya, yang dipanggil oleh rakyat Indonesia dengan sebutan Bung Karno. Doa bapak selalu menuntun saya disaat merasa gamang atau hampir kehilangan asa dalam pertarungan politik," pungkasnya.(Pon)

Baca Juga:

Kisah Kuliah Megawati dan Sembilan Gelar Doktor Honoris Causa

#PDI Perjuangan #Rakernas PDIP #Megawati Soekarnoputri #Bung Karno
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan