Pilpres 2019

Persaingan Posisi Cawapres Berpotensi Picu Konflik Internal Partai

Eddy FloEddy Flo - Senin, 28 Mei 2018
Persaingan Posisi Cawapres Berpotensi Picu Konflik Internal Partai
Presiden Jokowi (baju putih) bersama Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto (ke-2 kiri). Foto: Antara

MerahPutih.Com - Persaingan menjadi cawapres Jokowi dalam Pilpres 2019 menjadi salah satu isu politik yang paling seksi saat ini. Hampir semua pemimpin partai pendukung pemerintah bersaing mengajukan ketua umumnya sebagai cawapres Jokowi. Persaingan itu melibatkan tiga partai yakni Golkar, PPP dan PKB.

Potensi perpecahan partai politik dalam proses pencalonan wakil presiden yang diusung untuk mendampingi Presiden Jokowi cukup besar sehingga untuk menghindari konflik, friksi serta perpecahan, maka mekanisme internal partai harus digunakan untuk memutuskan figur yang akan dicalonkan.

"Saya mengamati persaingan untuk mendapatkan posisi cawapres sangat tinggi, sementara sinyal dari Presiden Jokowi akan memilih siapa belum jelas," ujar anggota Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar Anwar Arifin ketika berbicara dalam diskusi bertema "Koalisi Elite Vs Kader: Pencapresan dan Ancaman Perpecahan Parpol" di Menteng Jakarta, Minggu (27/5) petang.

Presiden Jokowi dan Airlangga Hartarto
Presiden Joko Widodo (kanan) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berolahraga di kompleks Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/3).ANTARA FOTO/Biropers-Muchlis

Karena itu, kata Anwar Arifin , secara internal partai harus melakukan proses yang transparan dan demokratis.

"Kalau di Golkar, saya usulkan digelar rapat pimpinan nasional," katanya.

Diskusi juga menampilkan narasumber Direktur Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) Poempida Hidayatullah, Ketua DPP PSI Tsamara Amany, Direktur LIMA Ray Rangkuti dan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indepeneden Nusantara (LSIN) Yassin Muhammad selaku pelaksana diskusi.

Anwar Arifin menegaskan, tidak sulit bagi Golkar untuk segera menggelar rapimnas dan mendengarkan suara-suara DPD I dan II guna menjaring figur yang layak dan pantas untuk menjadi cawapres.

Anwar Arifin menyatakan, tujuan rapimnas adalah untuk menjaga kekompakan atau soliditas partai. Hal itu karena belum ada sinyal yang jelas dari Presiden Jokowi,sehingga rapimnas bisa memutuskan tiga-lima nama, baik figur muda maupun senior.

Jokowi dan Ketua Umum PPP
Presiden Jokowi saat menghadiri acara Partai Persatuan Pembangunan di Asrama Haji Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (8/4). (Setkab.go.id)

"Kalau saat ini Ketua Umum (DPP Golkar) Airlangga Hartarto digadang gadang sebagai cawapres boleh saja, itu masih bersifat pribadi. Tapi dalam pencalonan wakil presiden 'kan bukan urusan pribadi," katanya.

Ini merupakan urusan partai dan menyangkut masa depan partai sehingga prosesnya harus demokratis dan terbuka.

"Maka rapimnas adalah yang terbaik sehingga suara-suara yang berbeda bisa disatukan dan jika sudah diputuskan, semua harus patuh," kata Anwar Arifin yang beberapa periode menjadi anggota DPR.

Forum transparan Direktur Orkestra Poempida Hidayatullah setuju dengan Anwar Arifin agar Golkar melaksanakan proses dan mekanisme di internal secara demokratis. Karena itu forum yang transparan dan demokratis adalah rapimnas dengan agenda khusus membahas pencalonan wakil presiden.

"Airlangga selaku Ketua Umum Golkar harus melakukan komunikasi dengan pengurus DPD I dan II dan kemudian membahas pencalonan. Jika calon yang terpilih lewat rapimnas, maka yang bersangkutan mendapat legitimasi partai," katanya.

Presiden Jokowi dan Ketua Umum PKB Cak Imin
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (29/11/2016). (Foto:setkab.go.id)

Mengenai jumlahnya berapa calon yang diusulkan, kata dia, terserah rapimnas yang memutuskan.

Sementara itu Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany juga setuju partai harus melakukan proses demokrasi di internal agar calon yang terpilih punya legitimasi kuat. Kalau PSI karena tidak mencalonkan wapres tetapi mendukung Jokowi, maka mendukung figur yang muncul melalui ajang "voting" atau pemungutan suara.

"Saya setuju jika partai pengusung Jokowi melakukan semacam proses dari bawah hingga tinggkat DPP pusat ini untuk mengurngi friksi dan juga perpecahan di dalam," katanya.

Direktur Eksekutif Lembaga Suirvei Independen Nusantara (LSIN) Yassin Muhammad mengatakan, deklarasi dan rekomendasi capres, dukungan partai politik pada kontestasi Pilpres 2019 telah mengerucut pada nama petahana, Presiden Jokowi dan di sisi lain ada yang menginginkan bukan Jokowi. Yang menyebut selain Jokowi karena partai politik belum secara resmi mendeklarasikan calon presiden belum memiliki nama tunggal untuk diusung sebagai calon presiden atau paket capres-cawapresnya.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. (MP/Rizki Fitrianto)

Karena itu akan menjadi fenomena aneh jika ada dinamika "beda pilihan" antara keputusan parpol dengan pengurusnya, kadernya atau mungkin simpatisan. Perbedaan beda pilihan ini sekaligus menimbulkan dampak berupa perseteruan antara koalisi elit dengan koalisi kader parpol.

"Lantas pertanyaan besarnya apakah dukungan atau sikap resmi parpol saat ini terhadap calon presiden Jokowi atau yang bukan Presiden Jokowi adalah sikap final kader, simpatisan atau pemilih pada Pilpres 2019? Jika jawabannya tidak, maka ancaman perpecahan jelas nyata di tubuh parpol," kata dia.

"Pertanyaan selanjutnya adalah apakah akan muncul, baik dalam skala terang-terangan atau di bawah tangan adanya perpindahan dukungan (dalam bahasa yang lebih ekstrem bisa disebut sebagai "pengkhianatan") antara keputusan partai dengan pergerakan kader di bawahnya?," katanya.

Jika perpindahan dukungan terjadi maka bisa dipastikan timbul gaduh politik akibat rekomendasi capres pada Pilpres 2019 kembali terulang sebagaimana 2014 terjadi pada Partai Golkar dan PPP.(*)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Misbakhun Perkenalkan Progam Unggulan Presiden Jokowi di Korea Selatan

#Pilpres 2019 #Presiden Jokowi #Partai Golkar #Airlangga Hartarto
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian
Bagikan