Kuliner

Perpaduan Cita Rasa Jawa Barat dan Yogyakarta dalam Celetot

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 02 Desember 2021
Perpaduan Cita Rasa Jawa Barat dan Yogyakarta dalam Celetot
Celetot, kuliner perpaduan budaya Jabar dan Yogyakarta.(foto: merahputih.com/imanha)

PENCINTA kuliner Tanah Air kembali disuguhi sajian baru yang merupakan perpaduan kuliner Jawa Barat (Jabar) dan Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Namanya coletot, kependekan dari colenak dan gatot. Tapai singkong menjadi bahan utama sajian fusion ini.

Pecipta coletot, chef Hardian Eko Nurseto, mengatakan ia terinspirasi menggabungkan kebudayaan Jabar-Yogyakarta melalui kuliner. Selain itu, ia juga ingin mengenalkan kembali potensi olahan makanan fermentasi.

BACA JUGA:

Permen Karet Ini dapat Mengurangi Penyebaran Virus Corona?

“Melalui singkong, nenek moyang kita itu mengembangkan teknologi fermentasi untuk mengolah makanan. Teknologi fermentasi ini kita bisa lihat tergantung pada kebudayaannya. Di Jabar itu jadinya peyeum, sama-sama singkong difermentasi jadi peyeum. Di Yogya, jadinya gatot,” ucapnya, Rabu (2/12).

Ia mengatakan mencoba menggabungkan dua kebudayaan. Cita rasa gatot ini yang kenyal dipadukan dengan peyeum manis nan empuk. "Saat disatukan, ada tekstur yang menarik. Jadi selain empuk, ada kenyal. Saya bikin semprong di atasnya itu juga untuk memberi tekstur lain di hidangan ini," tambahnya.

celetot
Jabar dab DI Yogyakarta menjalin kerja sama memperkuat kepariwisataan. (foto: MP/imanha)

Kolaborasi makanan Jawa Barat dan Yogyakarta itu dinamai coletot oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil, usai meresmikan Jabar Motekar: Pameran Ridwan Kamil dan Industri Kreatif Jabar di Jogja Museum Nasional, DI Yogyakarta, Rabu (1/12/2021).

Coletot merupakan penggabungan colenak, khas Jabar dan gatot yang merupakan makanan khas Yogyakarta. Keunikan Coletot tak hanya dari segi rasa yang manis sedikit asam, tetapi juga tekstur yang kenyal.

“Saya kasih nilai 9 untuk makanan ini. Ini hasil kolaborasi dua makanan khas daerah yang dieksekusi dengan baik. Rasa manisnya pas. Coletot ini lahir dari gabungan budaya Jabar dan Jawa. Rasa bintang lima, harga kaki lima,” kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

GKR Bendara pun mengaku puas dengan hasil inovasi makanan bernama Coletot tersebut. Menurutnya, Coletot cocok dengan lidah orang Indonesia. “Saya kasih nilai 9,5 kalau ada porsi tambahan,” ucapnya sambil tertawa.

Kunjungan Kang Emil ke DI Yogyakarta ialah untuk memenuhi undangan dari Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperkuat kepariwisataan dan kebudayaan. Kolaborasi tersebut bertajuk Jabar Kalayan Jogja, Majeng Kagem Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Dedi Taufik menuturkan komitmen kolaborasi kedua daerah tersebut terwujud dalam kesepakatan bersama kedua belah pihak.

Fokus dalam kesepakatan bersama tersebut berkaitan dengan pariwisata, ekonomi kreatif (ekraf), dan budaya. Melalui kolaborasi tersebut, Pemda Provinsi Jabar dan Pemda DI Yogyakarta akan sama-sama mempromosikan ketiga sektor dalam kesepakatan bersama tersebut.

"Kita harus berlanjut. Ini bukan hanya di masa pandemi COVID-19 saja, terus berlanjut tahun depan. Kita lakukan karena sudah dipayungi kesepakatan bersama. Jadinya, kemudian juga, kolaborasi kita akan lakukan. Ini momentum untuk saling mempromosikan," kata Dedi di Jogja Museum Nasional.

Dedi menjelaskan, Pemda Provinsi Jabar akan mengenalkan produk-produk ekraf, destinasi wisata, dan budaya Jabar di DI Yogyakarta. Setelah itu, giliran Pemda DI Yogyakarta yang akan berkunjung ke Jabar untuk melakukan kegiatan serupa.

"Kita adakan juga promosi pariwisata. Pemasaran kita untuk lokal dulu, karena memang itu adalah peluang untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata. Beberapa minggu lalu, kita menguatkan promosi membawa seller dan buyer dari Yogya untuk kunjungan wisata ke Jabar, dari Yogya juga sama," ucapnya.

Selain itu, Dedi pun mengatakan bahwa budaya menjadi pilar pertama kelembagaan. Sumber Daya Manusia (SDM) didorong untuk menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Adaptasi itu perlu dibalut dengan inovasi dan kolaborasi.

"Budaya menjadi kekuatan, yaitu pilar pertama kelembagaan dan SDM menyesuaikan dengan kondisi sekarang yang kita kemas sebuah inovasi," ucapnya.

Hal senada dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DI Yogyakarta Dian Lakshmi. Menurutnya, kolaborasi menjadi faktor penting dalam membangkitkan kembali sektor pariwisata, ekraf, dan budaya.

Dian mengatakan, kesepakatan bersama Pemda Provinsi Jabar dengan Pemda DI Yogyakarta akan ditindaklanjuti. "Karena MoU besar, akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama antarsektornya," kata Dian.(*)

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan