KRISIS kepunahan massal adalah masalah besar. Didorong oleh aktivitas manusia, kita memompa lebih banyak polusi pemanasan iklim ke atmosfer dan membiarkan jejak pembangunan industri tumbuh semakin besar. Waktu hampir habis untuk mengatasi masalah kepunahan secara signifikan.
Titik awal yang logis untuk mengatasi krisis ini adalah dengan melindungi daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan yang akan berdiri sebagai benteng melawan ancaman kepunahan.
Melindungi tanah dan perairan dapat membantu mengatasi krisis kepunahan. Ada empat cara melakukannya, yaitu dengan melestarikan habitat yang semakin berkurang, memberi satwa liar jalur yang jelas untuk bermigrasi dan beradaptasi, memerangi perubahan iklim, dan melindungi "titik panas" keanekaragaman hayati.
Baca Juga:
Kegiatan Berkesinambungan Maksimalkan Pelestarian Lingkungan

Pelestarian habitat
Sebagai akibat dari pertanian skala besar, penebangan, pembangunan yang tidak terkendali dan ancaman lainnya, kira-kira sembilan persen dari semua spesies daratan di seluruh dunia tidak memiliki habitat yang cukup untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Kamu dapat membantu membendung arus dan memastikan lebih banyak spesies bertahan hidup dengan melestarikan daratan dan perairan tempat mereka bergantung.
Bentangan daratan dan perairan yang dilindungi menampung lebih banyak variasi mahluk hidup. Sebuah studi data keanekaragaman hayati global yang diterbitkan pada tahun 2016 menemukan bahwa ada 10,6 persen lebih banyak spesies di kawasan lindung daripada kawasan yang tidak dilindungi.
Membuat jalur migrasi dan adaptasi bagi satwa liar
Ketika perubahan iklim (atau bahaya lain) membuat habitat terlalu panas atau tidak ramah, satwa liar terpaksa pergi dan pindah. Namun, apa yang terjadi ketika populasi hewan dan tumbuhan menemukan “koridor migrasi”-nya diputus oleh jalan raya, saluran listrik, pagar, atau pembangunan yang luas? Mereka jadi tidak dapat beradaptasi.
Mempertahankan jaringan yang terhubung dari tanah dan perairan yang dilindungi memungkinkan satwa liar untuk berpindah-pindah dan memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Koridor migrasi yang paling penting untuk dilindungi adalah tempat-tempat yang paling sedikit diubah oleh pembangunan dan aktivitas manusia lain.
Baca Juga:

Memerangi perubahan iklim
Menurut laporan perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa baru-baru ini, bahkan dalam skenario pemanasan sedang, 14 persen spesies darat kemungkinan akan menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di tahun-tahun mendatang.
Pengembangan bahan bakar fosil yang berlokasi di lahan publik bertanggung jawab atas hampir seperempat emisi gas rumah kaca. Ubah lahan publik menjadi alat untuk menghadapi perubahan iklim dengan menghentikan pembangunan tersebut dan memprioritaskan proyek energi terbarukan yang lebih bersih.
Perlindungan keanekaragaman hayati
Kamu mungkin pernah mendengar atau membaca sesuatu tentang perlunya melindungi “keanekaragaman hayati". Lebih dari sekedar melestarikan satu populasi atau spesies, ini mengacu pada melestarikan berbagai kehidupan Bumi di semua tingkatan, dari gen dalam makhluk individu hingga seluruh ekosistem. Karena kepunahan massal saat ini memengaruhi kehidupan di semua tingkat, itu juga dapat disebut sebagai krisis keanekaragaman hayati.
Semua istilah ini bermuara pada hal yang sama: hewan dan tumbuhan mati dengan kecepatan tinggi, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
“Hotspot” keanekaragaman hayati adalah tempat dengan banyak spesies yang tidak dapat ditemukan di tempat lain, dan memiliki nilai konservasi yang sangat besar. Dengan melindungi hanya 25 habitat keanekaragaman hayati global, kita dapat membantu menyelamatkan 44 persen spesies tumbuhan vaskular dan 35 persen dari semua spesies mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Penelitian menunjukkan bahwa melestarikan tempat-tempat itu membantu mengurangi risiko kepunahan pada spesies individu. (aru)
Baca Juga:
Polusi Suara sebagai Krisis Besar Bagi Kesehatan dan Lingkungan