MerahPutih.com - Perusahaan Badan Usaha Milik Negara,PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kembali mendapatkan suntikan utang, untuk berbagai proyek seperti merehabilitasi, memperkuat, dan memperluas jaringan listrik PLN, serta mendorong penggunaan energi bersih atau untuk mencangkup Program Akses Energi Berkelanjutan dan Andal.
Bank Pembangunan Asia (ADB) telah menyetujui pinjaman berbasis hasil senilai USD 600 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun untuk membantu Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam meningkatkan keandalan dan ketangguhan layanan listrik di bagian barat dan tengah Pulau Jawa.
Baca Juga:
Utang Luar Negeri Indonesia Cuma Turun USD 1,5 Miliar di Oktober 2021
"Program ini akan meningkatkan akses ke energi berkelanjutan dan andal di kawasan barat dan tengah Pulau Jawa, wilayah yang dihuni 41 persen penduduk Indonesia, termasuk sekitar 30 juta warga miskin atau yang hidup dekat garis kemiskinan," kata Spesialis Keuangan Senior ADB Daniel Miller, dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (15/12).
Ia memaparkan, program ini juga akan meningkatkan manajemen limbah dan manajemen aset PLN, pengadaan, pendidikan masyarakat, serta akan memberi manfaat bagi lima provinsi yaitu Banten, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta.
Selain itu, program tersebut akan mempercepat pemulihan ekonomi di Pulau Jawa dan membantu untuk mengubah daerah-daerah miskin menjadi mesin pertumbuhan melalui agro-industri, pariwisata, dan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
"Wilayah ini juga memiliki 11,3 juta, atau 56 persen dari seluruh UMK di Indonesia. Melalui penyediaan listrik yang andal dan berkelanjutan, program ini akan meningkatkan kualitas hidup, mendukung terselenggaranya layanan publik yang penting, serta menciptakan pekerjaan," katanya.
Pinjaman tersebut, yang dijaminan Pemerintah Indonesia, akan meningkatkan jalur transmisi PLN, otomatisasi jaringan listrik, dan fasilitas penyimpanan limbah berbahaya serta memperkuat proses bisnis digitalisasi PLN, seperti pelaksanaan e-procurement dan mendukung pemasangan lebih banyak stasiun pengisian bagi kendaraan listrik.
ADB menilai Jawa sebagai kawasan ekonomi utama Indonesia telah berhasil mencapai akses listrik universal. Namun pertumbuhan ekonominya masih terkendala oleh gangguan listrik dan kebocoran listrik.

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih tinggi, Jawa diperkirakan memerlukan listrik sebanyak 259 terawatt-jam pada 2030, atau 66,4 persen dari proyeksi kebutuhan listrik di Indonesia.
Selain pinjaman tersebut, ADB juga akan mengelola hibah senilai USD 500 ribu dari Republik Korea, yaitu Dana e-Asia dan Kemitraan Pengetahuan (e-Asia and Knowledge Partnership Fund) untuk program serupa. Bantuan teknis ini akan mendanai pelatihan staf PLN dalam penguasaan teknologi yang sedang berkembang pesat, termasuk perencanaan dan otomatisasi sistem jaringan listrik.
Selain itu, bantuan juga mencakup pengoperasian jaringan listrik dengan kapasitas pembangkitan listrik terbarukan yang makin besar, layanan pengisian daya kendaraan listrik, dan sistem penyimpanan energi skala utilitas.
Berdasarkan laporan keuangan PLN yang belum diaudit dan dirilis Rabu (28/7), jumlah kewajiban atau liabilitas PLN per 30 Juni 2021, tercatat mencapai Rp 643,86 triliun, turun tipis dibandingkan per 31 Desember 2020 yang tercatat sebesar Rp 649,25 triliun. (Asp)
Baca Juga:
PKS Desak Pemerintah Atasi Utang Jumbo BUMN