Hari Film Nasional 2019
Perkembangan Industri Film Indonesia, Sempat Mati Suri Film Indonesia kini mulai bangkit (Sumber: Ist)

MESKI perlahan, saat ini industri perfilm Indonesia mulai bangkit. Beberapa karya bahkan tembus ke pasar internasional. Misalnya The Raid, Pengabdi Setan, Suzzana: Bernapas Dalam Kubur, Sekala Niskala, Battle of Surabaya dan masih banyak lagi.

Tak hanya itu saja, beberapa aktor dan aktris Indonesia sudah go Internasional. Misalnya Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim yang sudah terlibat dalam film Hollywood. Atau Chelsea Islan, aktris Indonesia pertama yang menjalin kerjasama dengan rumah produksi Jepang.

Namun, keberhasilan industri film Indonesia tidak didapat begitu saja. Perfilman Indonesia juga sempat mengalami keterpurukan. Bahkan saat itu, banyak penggemar film yang seperti 'alergi' ketika mendengar film buatan anak bangsa.

1. Dominasi asing di fase awal perfilman Indonesia

Film Loetoeng Kasaroeng (Sumber: IMDb)
Film Loetoeng Kasaroeng (Foto: IMDb)

Sejarah panjang perfilman Indonesia sudah dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Film pertama yang dibuat adalah film bisu berjudul Loetoeng Kasaroeng di tahun 1926 oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film tersebut didukung oleh aktor lokal yang merupakan anak-anak dari Bupati Bandung Wiranata Kusuma II.

Selang beberapa tahun muncul sutradara dari industri film Shanghai bernama Nelson Wong membuat film Lily van Java (1928) untuk perusahaan South Sea Film Co. Setelah itu kedua adiknya, Joshua dan Otniel Wong menyusul untuk membuat perusahaan Halimoen Film.

Kemudian tahun 1931, sutradara bernama The Teng Chun membuat terobosan untuk memproduksi film bicara berjudul Boenga Roos dari Tcikembang. Sayangnya, percobaan itu tidak membuahkan hasil yang baik. Di tahun yang sama Halimoen Film juga membuat film berbicara berjudul Indonesia Malaise.

Di saat penjajahan Jepang, produksi film di Indonesia dimanfaatkan oleh mereka sebagai propaganda politik. Tahun 1942, perusahaan Nippon Eigha Sha hanya memproduksi tiga film yakni Pulo Inten, Bunga Semboja dan 1001 Malam.

Sedikitnya produksi film buatan Jepang dan matinya usaha swasta membuat mata pencarian para artis dan karyawan film hampir tidak ada. Bagi yang sudah mencintai dunia seni peran, mereka menggantungkan hidupnya dari panggung sandiwara. Sementara yang lain mencoba banting setir ke profesi lain.

LAINNYA DARI MERAH PUTIH
Kapasitor Terbalik, Asus Tarik 10.000 Motherboard Z690 Hero
Hiburan & Gaya Hidup
Kapasitor Terbalik, Asus Tarik 10.000 Motherboard Z690 Hero

Motherboard berpotensi meleleh dan terbakar.

JFW 2023 Hadirkan Teknologi Metaverse
Fashion
JFW 2023 Hadirkan Teknologi Metaverse

JFW ingin maksimalkan potensi kreativitas dan buka peluang ekonomi baru.

Closing Ramadan Runway 2023 Raih Omzet Miliaran Rupiah
Fun
Closing Ramadan Runway 2023 Raih Omzet Miliaran Rupiah

Ramadan Runway 2023 sukses digelar.

‘Guardians of The Galaxy Vol. 3’ Masih Kokoh di Puncak Box Office AS
ShowBiz
Bau Badan Tidak Tercium Berkat Pewangi Pakaian
Fun
Bau Badan Tidak Tercium Berkat Pewangi Pakaian

Pewangi pakaian terbaru yang siap menghilangkan bau badan setelah berolahraga.

Pooh dan Piglet Tebar Teror di Trailer ‘Winnie The Pooh: Blood and Honey’
ShowBiz
Pooh dan Piglet Tebar Teror di Trailer ‘Winnie The Pooh: Blood and Honey’

Memori masa kecil tentang karakter Pooh berubah 180 derajat.

PB ESI Siap Jadikan Indonesia sebagai Sentra Esports Dunia
Fun
PB ESI Siap Jadikan Indonesia sebagai Sentra Esports Dunia

PB ESI terus berkomitmen untuk meningkatkan esports Tanah Air di kancah internasional.

Ngaji Online Bisa Umrah Gratis
Fun
Ngaji Online Bisa Umrah Gratis

Membaca Al-Qur'an dengan praktis secara daring dan didampingi ustaz lewat ngaji online.

Cita Rasa Nusantara di Hari Natal
Kuliner
Cita Rasa Nusantara di Hari Natal

Dari kue manis hingga sajian berbumbu nikmat.

Tips Memasak Menggunakan Bahan Madu Kayan
Kuliner
Tips Memasak Menggunakan Bahan Madu Kayan

Madu Kayan dapat diproduksi untuk berbagai jeniis makanan.