Perjuangan Kirana Melawan Hiperteroit, Gagal Ginjal, dan COVID-19

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Kamis, 12 Agustus 2021
Perjuangan Kirana Melawan Hiperteroit, Gagal Ginjal, dan COVID-19
Perjuangan Kirana menghadapi hipertiroit, gagal ginjal, dan COVID-19. (Unsplash-Olga Kononeko)

SUSTER berpakaian APD lengkap tiba-tiba masuk ruangan 715, meminta pasien dan penjaga memberekskan barangnya. "Ayo beres-beres barangnya. Kita akan pindah ruangan. Nanti sampai sana baru saya kasih tahu."

Dengan sigap semua penjaga langsung memberekan barang lalu membantu suster memindahkan pasien ke ruangan baru. Namun, ruangan baru tampak lain lantaran masing-masing tempat tidur tertutup rapat gorden.

Baca juga:

Cerita Bagirata Bantu Pekerja Terdampak Pandemi

Ternyata, ruangan tersebut kamar khusus pasien terpapar COVID-19. Kirana, pasien dari ruangan 715, terdeteksi terpapar COVID-19. Perempuan berusia 22 tahun tersebut semula datang di rumah sakit negeri terbesar di Jakarta tersebut didiagnosa hiperteroit.

Sejak Mei silam, Kirana sudah beroleh diagnosa penyakitnya. Ia bahkan diharuskan rawat inap di rumah sakit. Dari empat IGD rumah sakit di daerah Jakarta Timur tak satu pun tersedia lantaran penuh pasien COVID-19.

Kondisi tersebut membuat pihak keluarga memutuskan agar Kirana sementara rawat di rumah sembari mengusahakan rumah sakit.

kirana
Kondisi Kirana saat berada di Gedung A. (Foto: Kirana)

Selama di rumah penyakitnya bertambah parah. Kaki Kirana tampak semakin membengkak. Ia harus segera beroleh bantuan medis. Sebulan pencarian, akhirnya Kirana bisa masuk IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM).

Sebelum masuk RSCM, Kirana harus tes pemeriksaan COVID-19. Ia dinyatakan negatif. Dari hasil observasi dan pemeriksaan laboratorium, Kiranan ternyata tak hanya mengidap hiperteroit melainkan pula gagal ginjal.

Kirana menempati ruangan di gedung A RSCM. Saban hari ia ditemani ibunya nan membantu menggantikan pampers, makan, dan mandi. Saat di ruangan tersebut, Kirana mengalami batuk berat. Meski begitu, ia masih rajin makan dan indera penciumannya masih bekerja dengan baik.

Seluruh pasien di RSCM harus mengikuti protokol tes PCR saban minggu. Kirana pun beroleh giliran. Hasilnya, ia dan ibunya dipindahkan di ruangan khusus pasien terpapar COVID-19. Kirana harus berjuang melawan berlipat penyakit, mulai hiperteroit, ginjal, dan paparan COVID-19.

kirana
Ibunya selalu mendampingi Kirana selama di RSCM. (Foto: Kirana)


Kirana ditempatkan di ruangan tidak boleh dijaga dan dikunjungi. Hanya dokter dan suster berpakaian APD lengkap boleh memasuki ruangan tersebut. Di sana, kirana menggunakan bantuan oksigen untuk membantu keliuhan sesak nafas.

Selain itu untuk berkomunikasipun kirana kesuitan untuk menghubungi keluarganya karena tidak memegang ponsel saat diruangan, yang membuat kondisi kirana semakin memburuk dengan kaki yang semakin membengkak.

Baca juga:

Jagoan Negeri Aing Berjuang Mencari Rumah Sakit Non-COVID

Meski begitu, komunikasi dengan ibunya tetap terjaga. RSCM menyediakan fasilitas Pojok Sahabat melayani sambungan telepon anatara pasien terpapar COVID-19 dengan keluarga. Layanan tersebut bisa digunakan pada jam 11.00-14.00 WIB.

Suara ibunya menyemangati menjadi energi bagi Kirana menghadapi semua pemnyakitnya. Ia jadi rajin meminum obat nan sebelumnya ogah disentuh.

Hari kelima Kirana di ruangan khusus COVID-19, kabar tak emngenakan datang dari hasil tes ibunya. Orang paling sabar mendampingi anaknya tersebut harus isoman di rumah karena hasil tesnya positif. Peran ibunya sebagai pendamping segala kebutuhan Kirana digantikan adiknya.

kirana
Kirana harus berkomunkiasi dengan ibunya melalui sambungan video jarak jauh. (Foto: Kirana)

Seminggu pertama di ruangan khusus pasien COVID-19, Kirana mengalami masa-masa terberat secara mental. Sekamar hanya ada empat pasien. Ibunya juga terpapar COVID-19. Ia cemas terhadap ketiga penyakitnya, juga kesehatan ibunya.

Mentalnya mulai membaik setelah melihat pasien COVID-19 di ruangannya bisa pulang karena hasil tesnya sudah negatif. Ia mulai punya keberanian menghadapi hari-hari. Kirana akhirnya beroleh hasil negatif pada hari kelimabelas.

Meski begitu, ia tetap[ harus berada di RSCM guna menjalani penanganan penyakit hiperteroit dan gagal ginjal. Ia harus kembali menempati gedung A seperti sedia kala.

Hasil tes negatif juga didapat ibunya sehingga dalam beberapa saat sudah bisa lagi mendampingi anaknya di RSCM. Kirana senang akhirnya bisa berjumpa lagi dengan ibunya.

Kirana
Kirana Saat Menunggu hasil test. (Foto: Kirana)

Berminggu-minggu di RSCM membuat Kiran makin tidak betah. Kondisi mentalnya kembali turun sehingga berimbas semakin sulit ia menelan obat.

"Kamu minum obat dong sayang biar cepet sembuh. Nanti kalau kamu rajin minum obat, ayah jadi semangat buat cari uangnya buat kamu," kata ayahnya melalui video call membujuk.

Tes PCR saban minggu sebagai protokol RSCM selama pandemi juga membuatnya trauma takut kembali menerima hasil positif. Kirana selalu ketakutan dan menangis saat ada satu orang perawat menggunakan APD lengkap untuk melakukan test PCR.

Hal-hal tak mengenakan baginya harus dialami setiap hari. Namun, dukungan kuat seluruh keliuarga membuatnya tetap kuat menjalani hari-hari di rumah sakit. Kondisi ginjalnya mulai membaik. Ia sudah bisa makan dan minum obat.

Sebulan berada di gedung A, Kirana akhirnya boleh pulang meski tetap harus kontrol rutin. (Jhn)

Baca juga:

Ojek Online Jagoan Negri Aing Kala Pandemi

#COVID-19 #PPKM Darurat #Agustus Jagoan Negeri Aing #Kesehatan
Bagikan
Bagikan