Perhatikan Nutrisi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan Anak-anak

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 31 Januari 2023
Perhatikan Nutrisi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan Anak-anak
Periode emas tumbuh kembang anak berada pada seribu hari pertama kehidupan anak. (freepik/rawpixels)

TAHUKAH kamu, kondisi malnutrisi pada anak tidak boleh dianggap sepele. Karena ini dapat berdampak pada kondisi kesehatan anak secara umum dan proses tumbuh kembangnya. Periode emas tumbuh kembang anak berada pada seribu hari pertama kehidupan anak.

Pada masa periode inilah anak sangat membutuhkan asupan nutrisi yang maksimal untuk dapat mengoptimalkan pertumbuhannya. Lalu apa saja penyebab bisa terjadinya malnutrisi ini?

Baca Juga:

Perempuan, Jangan Abaikan Vulvitis

anak
Asupan gizi yang baik dapat memberikan imunitas pada anak-anak. (Pixabay/CarinaChen)

Malnutrisi pada anak adalah kondisi ketika anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya dalam jangka waktu yang lama. Melansir dari laman Alodokter, kondisi seperti ini terbagi menjadi dua macam, yaitu kurang gizi (undernutrition) dan kelebihan gizi (overnutrition). Kamu harus waspada akan hal ini.

Ketidakseimbangan gizi ini amat perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada anak, misalnya anak sering infeksi karena imunitas tubuh yang lemah, lalu tentu saja terjadinya gangguan tumbuh kembang, mengidap diabetes, dan juga hipertensi. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, kondisi ini juga diketahui menjadi salah satu penyebab kematian 300 ribu anak balita setiap tahunnya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Penyebab malnutrisi

Malnutrisi pada anak umumnya terjadi ketika anak kekurangan atau justru kelebihan asupan gizi. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab anak mengalami kondisi kurang gizi, yaitu:

- Kurangnya pengetahuan orang tua tentang kebutuhan gizi anak

- Kurangnya akses pangan yang cukup dan terjangkau

- Faktor sosial dan ekonomi, misalnya kemiskinan, bencana alam, atau perang

- Kebersihan lingkungan atau sanitasi yang buruk

- Gangguan kesehatan tertentu, seperti penyakit Crohn, disfagia atau sulit menelan, penyakit celiac, kanker, dan HIV/AIDS

- Infeksi, seperti diare, TB, atau pneumonia, yang sering kambuh atau berulang

- Kelainan bawaan lahir, misalnya penyakit jantung bawaan

- Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan makan

- Kekurangan yodium saat anak masih di dalam kandungan (hipotiroid kongenital)

Terdapat pula kondisi lain yang bisa membuat anak lebih berisiko mengalami ketidakseimbangan gizi, misalnya kebiasaan memilih makan atau susah makan (picky eating). Perilaku picky eating pada anak dibentuk karena terlalu dininya mereka mengenal makanan. Anak yang menyusu ASI cenderung tidak picky eating karena anak sudah diperkenalkan dengan variasi rasa melalui ASI.

Baca Juga:

Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas

nutrisi
Ketidaseimbangan gizi maka dapat memicu kondisi stunting. (Unsplash/Artem Beliaikin)

Dampak malnutrisi

Apabila anak sebelumnya mengalami ketidaseimbangan gizi maka dapat memicu kondisi stunting atau kondisi tubuh pendek. Menurut Kementerian Kesehatan RI, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita, termasuk pertumbuhan fisik, organ tubuh, dan otak, akibat kekurangan gizi dalam waktu lama sehingga tubuhnya lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Mengutip data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 24,4% dan obesitas sekitar 11% pada anak usia 5–12 tahun. Jika hal ini dibiarkan tanpa penanganan, kondisi stunting yang dialami anak pada 1000 hari pertama kehidupannya akan semakin sulit disembuhkan dan meningkatkan risiko anak mengalami obesitas serta penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes saat ia dewasa kelak.

Ternyata, malnutrisi pada anak dapat diatasi dengan berbagai cara. Pertama adalah dengan memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif pada anak bermanfaat dan sangat penting untuk mencegah dan membantu mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak. Beberapa riset mengungkapkan bahwa anak yang diberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dan status gizi yang lebih baik. Hal tersebut karena ASI mengandung berbagai nutrisi dan antibodi yang berperan penting untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Cara kedua yaitu memenuhi asupan nutrisi dalam jumlah seimbang. Asupan nutrisi ini juga berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak. Untuk anak berusia 6–24 bulan, pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI atau MPASI sudah diperbolehkan. Oleh karena itu, saat anak sudah berusia 6 bulan dan siap mendapatkan makanan padat, ia bisa diberikan makanan yang mengandung beragam nutrisi, seperti karbohidrat, protein, vitamin, lemak, serat, dan mineral. Aneka nutrisi tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis makanan bergizi, seperti biji-bijian, telur, ikan dan daging, kacang-kacangan serta buah dan sayuran. Susu dan produk olahannya, termasuk keju dan yoghurt pun dapat diikut sertakan untuk diberikan pada anak.

Ketiga adalah pemberian suplemen. Anak sangat diperbolehkan mengonsumsi suplemen nutrisi, misalnya suplemen vitamin dan zat besi, bisa menjadi salah satu upaya untuk mencegah dan menangani ketidakseimbangan gizi pada anak. Beberapa jenis suplemen yang dapat diberikan kepada anak adalah
suplemen dengan kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, vitamin K, serta mineral tertentu, seperti asam folat dan zinc. Tapi, konsultasikan dulu pada dokter dalam pemberian suplemen ini. Agar sesuai dengan kebutuhan si anak.

Selanjutnya, keempat yakni memenuhi kebutuhan yodium anak. Biasanya kondisi ibu hamil yang kekurangan gizi diketahui lebih berisiko untuk melahirkan anak yang kekurangan gizi pula. Oleh karena itu, selama masa kehamilan, ibu hamil perlu mencukupi asupan nutrisi dalam jumlah yang seimbang. Salah satu asupan gizi yang penting untuk dipenuhi adalah yodium.

Yodium adalah mineral yang termasuk dalam mikronutrien atau jenis nutrisi yang dibutuhkan hanya dalam jumlah sedikit. Meski demikian, manfaat yodium begitu penting bagi kesehatan ibu dan janin serta proses tumbuh kembang janin. Asupan makanan yang diperkaya atau dilengkapi dengan fortifikasi yodium dapat meningkatkan status nutrisi ibu hamil. Selain itu, yodium juga berperan penting untuk mendukung proses tumbuh kembang anak, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, serta proses metabolismenya. Dampaknya anak berisiko mengalami masalah tumbuh kembang, seperti bertubuh pendek, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang rendah, dan mengalami gangguan kesehatan, seperti hipotiroidisme dan gondok.

Terakhir, kamu harus mengatasi kondisi medis tertentu. Malnutrisi pada anak umumnya perlu ditangani dengan terapi gizi dari dokter. Untuk mencukupi asupan gizi anak yang mengalami malnutrisi atau anak yang susah makan karena kesulitan menelan, dokter dapat memberikan asupan gizi lewat selang yang dipasang dari hidung menuju lambung (NGT).

Melalui selang ini, dokter dapat memberikan susu, air minum, atau bubur untuk memenuhi kebutuhan kalori, cairan, dan nutrisi anak. Selain itu, dokter juga bisa memberikan asupan nutrisi melalui cairan infus (nutrisi parenteral) jika memang diperlukan.

Untuk mencegah malnutrisi pada anak, orang tua sebaiknya memilih bahan makanan yang bergizi, mudah didapat dan harganya terjangkau, praktis diberikan, dan mengandung yodium. Makanan tersebut juga penting untuk mencukupi asupan gizi anak sehari-hari. (dgs)

Baca Juga:

Menguak Efektivitas Suplemen Pemutih Kulit

#Kesehatan #Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan