Pererat Kerukunan, Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Bangun Altar Raden Suryakencana
MerahPutih Budaya - Biasanya, setiap kelenteng dipenuhi dengan altar dewa-dewa mitologi ajaran Tridharma (Taoisme, Buddhisme, dan Konfusianisme). Namun, di Kelenteng Hok Tek Ceng Sin, pengunjung akan melihat pemandangan yang berbeda. Demi mempererat kerukunan, sesepuh kelenteng juga menyediakan altar karuhun etnis Sunda, Raden Suryakencana.
Salah seorang pengurus kelenteng mengatakan dengan dibangunnya ruang altar Raden Suryakencana, etnis Tionghoa menunjukkan betapa asimilasi budaya telah terjadi di dalam Kelenteng Hok Tek Bio Ciampea. "Di sini, etnis Tionghoa menghargai dan menghormati apa yang masyarakat setempat percayai. Tidak menghilangkan apa yang mereka yakini," kata pengurus kelenteng, Olim (57), di Jalan Letnan Sukarna Pasar Ciampea, Ciampea, Bogor, Rabu (3/2).
Selain altar karuhun Raden Suryakencana, di kelenteng tersebut juga disediakan beberapa altar lainnya seperti dewa yang utama Hok Teng Ceng Sin (Dewa Bumi), altar Kwang Kong (Jenderal Perang yang dipercaya untuk menjaga dan melindungi), Dewi Kwan Im Po Sat (patung Dewi Welas Asih), Sam Po Hud (Buddha), Dewa Cao Kung Kong (Dewa Dapur), dan lain sebagainya.
"Hok Tek Ceng Sin merupakan Tuan Rumah kelenteng ini, diapit oleh Kwan Kong sebagai Dewa Perang, dan Dewi Kwan Im Po Sat (Dewi Kwan Im, Dewi Welas Asih). Di ruangan lainnya, masih ada beberapa altar lainnya yang bisa kita lihat," pungkasnya.
Menanggapi altar Raden Suryakencana, kata Olim, merupakan pengejawantahan daripada kerukunan. Berdasarkan proses asimilasi tersebut, terang saja dapat menciptakan kerukunan umat beragama di daerah Ciampea, Bogor.
Dari hal itu pula, sedari dulu hingga saat ini, tidak pernah terjadi sedikit pun pergolakan antarsesama umat beragama. "Intinya, kami juga harus menghargai apa yang mereka yakini. Dalam urusan budaya, semua berbaur menjadi satu," ucapnya. (Ard)
BACA JUGA: