SETIAP perempuan rentan dapat terkena vulvitis. Penyakit vulvitis ini biasanya menimbulkan gatal di area vagina disertai keputihan. Vulvitis bisa disebabkan beragam hal, mulai dari iritasi akibat penggunaan pembersih vagina hingga infeksi.
Menurut Medical News Today, vulvitis umumnya dipicu alergi atau kepekaan terhadap produk, barang, atau kebiasaan tertentu. Penyebabnya pun bisa oleh banyak hal. Oleh karena itu, penanganan vulvitis sangat perlu disesuaikan dengan penyebabnya.
Vulvitis adalah peradangan atau infeksi vulva, yaitu organ intim perempuan bagian luar. Vulva terdiri dari bukaan vagina, bibir vagina atau labia, dan klitoris. Kulit di bagian vulva dan sekitarnya cenderung lembap, sehingga rentan mengalami infeksi dan iritasi yang dapat menyebabkan vulvitis. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit vulvitis ini, seperti:
BACA JUGA:
1. Infeksi

Iritasi pada vulva juga bisa disebabkan oleh aktivitas atau kebiasaan tertentu, yaitu misalnya terlalu lama bersepeda. (foto: freepik/arthurhidden)
Beberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan vulvitis yakni vaginitis, herpes genital, kutil kelamin, candidiasis, trikomoniasis, dan kutu kemaluan. Infeksi ini biasanya disebabkan berbagai mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, jamur, atau parasit. Kondisi ini rentan terjadi pada perempuan yang kurang menjaga kebersihan organ intimnya atau yang melakukan hubungan seks berisiko.
2. Iritasi
Penggunaan produk tertentu dapat memicu terjadinya iritasi pada vulva, misalnya sabun kewanitaan yang mengandung pewangi atau spermisida pada kondom. Iritasi pada vulva juga bisa disebabkan oleh aktivitas atau kebiasaan tertentu, yaitu misalnya terlalu lama bersepeda atau naik motor, sering berkeringat di daerah vulva, atau berenang di kolam renang yang mengandung banyak klorin.
BACA JUGA:
3. Penyakit tertentu
Ada beberapa penyakit yang dapat memicu penyakit vulvitis, antara lain:
- Penyakit kulit, seperti eksim, psoriasis, dan lichen planus
- Penyakit menular seksual, seperti gonorea, klamidia, dan sifilis
- Diabetes
- Kanker, misalnya kanker vulva
- Inkontinensia urine
- Reaksi alergi
Rendahnya hormon estrogen pun dapat menyebabkan vulvitis sehingga membuat jaringan kulit pada vulva menjadi lebih tipis dan kering. Oleh karena itulah maka akan rentan terkena iritasi. Kondisi ini sering terjadi pada remaja perempuan yang baru saja memasuki masa pubertas dan perempuan yang sudah menopause.

Segera periksakan diri ke dokter saat mengalami gejala vulvitis. (foto: freepik/nikitabuida)
Gejala vulvitis dapat berbeda-beda sesuai penyebabnya. Namun, secara umum, gejala yang dapat muncul meliputi:
- Vulva dan vagina terasa gatal, nyeri, dan perih
- Keputihan yang tidak normal
- Kulit vulva kering, bersisik, dan tampak ada bercak putih
- Vulva dan bibir vagina tampak bengkak dan kemerahan
- Terdapat lepuhan atau benjolan berisi cairan di vulva
- Nyeri saat bersenggama dan buang air kecil
Vulvitis yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat menimbukan gejala gatal-gatal berat pada vulva dan keputihan yang berwarna kekuningan dan kental, sedangkan vulvitis akibat infeksi bakteri dapat menimbulkan rasa nyeri atau gatal pada vulva dan vagina, disertai keputihan berwarna abu-abu, kekuningan, atau kehijauan yang berbau amis.
Jika kamu mengalami gejala vulvitis tersebut, segeralah periksakan diri ke dokter dan mendapat penanganan yang sesuai dengan penyebabnya. Biasanya, untuk mengetahui penyebab vulvitis yang kamu alami, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes urine, tes darah, pemeriksaan cairan vagina, dan pap smear (bila diperlukan).
Vulvitis, jika diobati secara tepat, biasanya dapat sembuh dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu. Sebaliknya, jika pengobatannya tidak tepat, vulvitis justru bisa bertambah parah. Oleh karena itu, periksakan diri ke dokter jika kamu mengalami gejala vulvitis, seperti gatal pada organ intim dan keputihan yang tidak normal.(dgs)
BACA JUGA: