LAPSUS: Perang Sabil, Kumandangkan Jihad Atas Kolonial Belanda

Thomas KukuhThomas Kukuh - Kamis, 17 Agustus 2017
LAPSUS: Perang Sabil, Kumandangkan Jihad Atas Kolonial Belanda
Prasasti Batu Sabil Lasem yang berlokasi di halaman Masjid Jami' Lasem, Lasem, Rembang, Jawa Tengah. (Merahputih.com/Rizki Fitrianto)

MENDENGAR kabar Tan Kee Wie gugur dan pasukannya porak-poranda, Raden Panji Margono dan Oei Ing Kiat serta Laskar Dampo Awang Lasem yang tersisa berusaha mundur. Tapi mereka melalui jalur laut yang sebelumnya digunakan pasukan Tan Kee Wie. Upaya itu juga tidak berhasil. Tak ayal, mereka menembus pasukan dari darat dalam keadaan tercerai-berai.

"Agar berhasil lolos dari pasukan kolonial dan kembali ke Lasem, Raden Mas Panji Margono menyamar sebagai orang Tionghoa dengan mengenakan pakaian khas Tionghoa, bersama pengawalnya yang bernama Ki Galiyo. Oei Ing Kiat sendiri melepas pakaian hitamnya dan menyamar menjadi orang Jawa," kata salah seorang tokoh Lasem Rastamaji Sabdo Jati saat ditemui merahputih.com di Lasem, Rembang, Jawa Tengah beberapa pekal lalu.

Dengan pasukan yang masih tersisa, Raden Mas Panji Margono dan Oei Ing Kiat berhasil menyelamatkan diri dan kembali ke Lasem. Sekembalinya di Lasem, dua pemimpin perang ini mengalami masa berkabung lantaran kehilangan Tan Kee Wie yang gugur di Laut Jepara.

Sejak saat itu, kondisi Lasem cenderung tak bergolak. Tak ada pemberontakan-pemberontakan selama bertahun-tahun.

Hingga akhirnya pada Agustus 1750, Raden Panji Margono mendengar bahwa para pejuang di Argosoka, Banjarnegara, Jawa Tengah hendak mengangkat senjata melawan penindasan kolonial Belanda.

Masjid Jami' Lasem yang berlokasi di Karangturi Lasem, Rembang, Jawa Tengah. (Merahputih.com/Rizki Fitrianto)

Raden Panji Margono pun meminta warga Lasem untuk berkumpul di alun-alun, depan Masjid Lasem usai salat Jumat. Dia kembali meminta ulama setempat, Kiai Ali Badhawi untuk mengumumkan jihad atas kolonial Belanda.

Pengelola Perpustakaan Masjid Jami' Lasem Abdullah Hamid mengatakan bahwa masjid tersebut merupakan tonggak pergerakan melawan penindasan kolonial. Bersama santri, kata Abdullah, warga Lasem lainnya manut atas fatwa jihad yang diucapkan oleh Kiai Ali Badhawi. Mereka siap menyerang kolonial yang berkuasa di Rembang.

"Kiai Ali Badhawi merupakan pengasuh Pondok Pesantren Purikawak di Sumurkepel, selatan Masjid Jami' Lasem. Usai salat Jumat, Kiai Ali menyatakan jihad melawan penindasan kolonial. Jihad itu bernama Perang Sabil. Lasem tidak mau tunduk," kata Abdullah.

Bukan hanya umat muslim yang mengikuti fatwa Kiai Ali Badhawi, para peranakan Tionghoa yang ada di Lasem juga ikut angkat senjata untuk berperang melawan kolonial.

Perang pun berkecamuk di Rembang. Pasukan penjajah Belanda dari Jepara ikut turun tangan. Mereka hendak ke Rembang dan melewati jalur laut menuju Layur (utara Lasem). Tetapi kehadiran mereka dihadang pasukan Lasem di bawah pimpinan Oei Ing Kiat yang dipersenjatai senapan dan meriam hasil rampasan perang.

Sementara, pasukan yang dipimpin oleh Kiai Ali Badhawi melawan pasukan penjajah di sebelah timur Sungai Paturenan.

"Sedangkan Raden Panji Margono memimpin pertempuran jarak dekat melawan penjajah di daerah Narukan dan Karangpace (barat Lasem) hingga ke utara di tepi laut," kata Abdullah.

Nahas dalam peperangan tersebut, perut sebelah kiri Raden Panji Margono terkena sabetan pedang hingga sebagian ususnya terburai. Beliau pun digendong oleh pengawal pribadinya, Ki Galiyo, dengan perlindungan Ki Mursada. Setelah berada di tempat aman, di utara Gombong, Raden Panji Margono Wafat.

Beliau gugur sebagai pejuang yang begitu dikenal masyarakat Lasem. Pada peperangan itu, Raden Panji Margono wafat menyusul saudara sumpahnya, Tan Kee Wie yang terlebih dulu gugur melawan kolonial Belanda di perairan Jepara. (*/bersambung)

Baca Juga:

- Bersatunya Kaum Tionghoa dan Para Pejuang Pribumi Lasem

- Kisah Peranakan Tionghoa Juragan Bata Penentang Belanda

- Oei Ing Kiat, Peranakan Tionghoa yang Memimpin dengan Adil dan Mengayomi

- Raden Panji Margono, Sosok Pemersatu Pejuang Lasem dan Peranakan Tionghoa

#Laporan Khusus Hari Kemerdekaan
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan