Relasi

Generasi XYZ Berkomitmen pada Kreasi

P Suryo RP Suryo R - Kamis, 26 April 2018
Generasi XYZ Berkomitmen pada Kreasi
Saaih pernah tersandung pada kreasinya. (Foto: MP/Albi)

ERA digital mempermudah generasi milenial untuk menunjukkan bakatnya. Mereka tak perlu lagi bersusah payah ketika ingin menampilkan karya terbaiknya. Kemudahan tersebut membuat mereka hanya fokus mengembangkan bakatnya. Itulah yang membuat para content creator di Indonesia produktif. Kreativitas mereka sudah diperlihatkan sejak usia dini.

Ketika tampil, para content creator belia ini tak bisa dilepas begitu saja. Di Indonesia, generasi Z luar biasa kreatif. Kendati demikian, emosi yang kurang stabil serta pemikiran yang belum matang membuat mereka terkadang melakukan sesuatu di luar batas kewajaran. Perlu adanya kontrol dan peran serta orang tua. Tujuannya agar bakat dan kreativitas mereka terarah.

Salah satu content creator muda, Saaih Halilintar mengaku mendapat pelajaran dari keteledorannya saat membuat content di media sosial. Beberapa waktu yang lalu, idenya sempat menimbulkan kontroversial karena merobek uang seratus ribu rupiah. Meski ia mengungkapkan bahwa uang tersebut adalah uang palsu, dirinya mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada publik. Permintaan maafnya tersebut ia sampaikan setelah mendapat teguran dari ayahnya.

saaih
Saaih menerima pendapat orang lain. (Foto: MP/Albi)

Kedua orang tuanya, Halilintar Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk memberi kebebasan berkreasi kepada anak-anaknya yang dianggap sudah cukup dewasa . “Untuk keluarga Gen Halilintar yang masih di bawah umur biasanya kita kontrol sedemikian rupa. Namun untuk anak-anak yang kami anggap sudah cukup matang kami beri kebebasan,” ujar Lenggogeni Faruk saat ditemui di acara XYZ Days 2018, Rabu (25/4).

Walaupun memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk mengembangkan kreativitas, baik sang ayah atau sang ibu tak segan menegur putra putrinya jika melakukan sesuatu di luar batas. Mereka juga mengajarkan putra putrinya untuk bertanggung jawab atas konten yang mereka buat. Apabila salah satu anaknya melakukan kesalahan, dengan tegas keduanya menegur.“Jika memang Saaih buat salah, ayah pasti tegur,” tukasnya. Dari kedua orang tuanya pula lah Saaih belajar untuk menerima pendapat orang lain padanya meskipun pendapat negatif.

“Setiap ada komentar negatif, Saaih mikir apakah Saaih ada salah. Kalau memang Saaih salah ya Saaih terima dengan lapang dada dan coba memperbaiki diri lalu lanjut berkarya,” jelas pemuda berkepala plontos tersebut.

Kontrol orang tua juga dirasakan oleh Youtuber cilik, Clarice Cutie. Sebagai seorang produser, ayahnya, Andrew Darmoko cukup detil terhadap apapun yang dilakukan putri kecilnya. Ia tak segan memberi masukan agar putrinya semakin baik ke depannya.

“Kalau ada kalimat yang berbelit-belit atau kalimat yang dirasa kurang pantas, saya selalu bilang, dek ini kayaknya kurang oke deh dimasukin ke dalam video. Ulang lagi deh. Biasanya Clarice nurut kalau dikasih tahu seperti itu,” terang Andrew.

Gadis cilik berusia 12 tahun tersebut terus dipantau oleh ayahnya saat membuat video. Tak hanya ayahnya, kakaknya pun turut mengontrol perempuan yang digadang-gadang sebagai Tasya di masa kini. Ketika membuat video di kanal berbagi, Youtube, ayah dan kakaknya lah yang melakukan editing. Jika ada hal yang tak sesuai, keduanya akan me-cut part tersebut.

clarice cutie
Clarice Cutie, komitmen pada cita-citanya. (Foto: MP/Albi)

Dari ayahnya pula, Clarice belajar untuk komitmen akan cita-citanya menjadi seorang entertainer. Sejak belia, ia diajarkan bagaimana untuk bersikap professional.

“Sewaktu Clarice bilang ke saya, papi aku mau jadi artis, saya selalu bilang, jadi artis itu tidak mudah. Kamu harus begini begitu. Ketika anaknya menyatakan kesediaannya ya saya oke,” beber Andrew. Andrew pun melihat keseriusan dan kesungguhan Clarice ketika dirinya diundang ke suatu talkshow di pagi hari.

“Suatu hari Clarice diundang ke sebuah stasiun televisi yang acaranya pagi hari. Saya katakan ke dia bahwa dia harus bangun jam tiga pagi dan berangkat jam empat untuk check sound. Dia jam tiga sudah siap. Luar biasa anak itu,” jelasnya menyatakan kekagumannya pada Clarice.

Kontrol orang tua perlu dilakukan kepada putra-putri mereka yang sedang asyik mengembangkan karya. Anak mungkin bebas mengekspresikan apapun di dalam karyanya. Namun, orang tua tetap berkewajiban memberi rambu-rambu. Nilai-nilai moral tetap harus ditanamkan sejak dini agar generasi Z dapat menjadi generasi kreatif yang berkualitas. (avia)

#Generasi Millenials
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan