Waspada Penyakit Khas Usai Tsunami, Berikut Cara Pencegahannya!
Gambar ilustrasi daerah terdampak tsunami. (Foto: Pixabay/WikiImages)
SELURUH masyarakat Indonesia bahkan dunia berduka atas bencana tsunami di daerah pesisir Selat Sunda, melanda Banten dan Lampung. Bencana akibat letusan Gunung Anak Krakatau ini menewaskan ratusan orang dan ribuan lainnya harus mengungsi.
Banyak permasalahan muncul pascabencana tsunami terjadi. Selain sulitnya memasok bahan pangan, evakuasi korban, dan akses keluar dan masuk ke lokasi terdampak.
Bencana tsunami juga bisa menyebabkan penyebaran penyakit berbahaya. Salah satu penyebabnya faktor kebersihan lingkungan. Seperti dikutip Go Dok, berikut beberapa penyakit pasca tsunami mengancam kesehatan;
1. Disentri
Disentri merupakan salah satu penyakit pascatsunami paling umum terjadi. Gejala utama disentri, dumali dengan diare. Penyakit ini juga memiliki gejala lain, seperti panas tinggi, mengigil, sakit perut, kram, hilang nafsu makan, dan masih bayak lagi.
2. Kolera
Kolera jadi salah satu penyakit pascatsunami harus diwaspadai. Penyakit ini pada umumnya disebabkan infeksi bakteri. Gejala kolera sendiri biasanya ditandai dengan dehidrasi akibat diare. Gejala lanjutannya, termasuk mual, muntah, dan keram perut.
Kolera dapat ditangani dengan mengonsumsi oralit, atau air mengandung garam beriodium. Selain itu, kebersihan dari air dan makanan juga merupakan faktor utama dalam menyembuhkan kolera.
3. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi dada merupakan penyakit pascatsunami juga paling sering terjadi. Infeksi ini bisa dimulai dengan penyakit pernapasan ringan (batuk, asma) sampai dengan berat (bronchitis akut, pneumonia). Gejala bisa berupa batuk kering, batuk berdahak (hijau atau kekuning-kuningan), sesak napas, demam tinggi, batuk berdarah, dan juga lemas badan.
Infeksi ini dapat dicegah dengan akses ke tempat berlindung layak dan mendapatkan pakaian maupun tempat berlindung hangat. Penyakit ini dapat disembuhkan secara perlahan dengan antibiotik dan obat antivirus.
4. Malaria
Dikutip dari salah satu jurnal kesehatan Dr. Lee D Jacobs di NCBI, saat tsunami di Aceh pada tahun 2005 lalu, dilaksanakan lebih dari 250.000 penangan malaria.
Malaria merupakan penyakit menular dan menyebar melalui gigitan nyamuk. Gejalanya terdiri dari demam tinggi, badan lemas, sakit kepala berlebih, dan muntah-muntah. Gejala malaria tersebut biasanya timbul setelah 15 hari pascagigitan.
Pencegahan penyakit ini biasanya dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida di kawasan posko korban tsunami. Para Volunteer juga disarankan untuk mengonsumsi obat profilaksis ketika berada di kawasan tersebut agar terhindar dari penyebaran wabah. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Ada di Ring Of Fire, Orang Indonesia Wajib Tahu Makanan-makan Stok Bencana Berikut
Bagikan
Berita Terkait
Gempa M 6,5 di Leeward Islands, BMKG Ungkap Ada Pergerakan Lempeng Karibia dan Amerika Utara
Layanan 24 Jam Puskesmas Tingkat Kecamatan Jadi Jurus Andalan Pemprov DKI Lawan Meningkatnya Kasus ISPA
BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Indonesia, Imbas Gempa M 7,6 Perairan Filipina
Tsunami Minor Sudah Terdeteksi Terjadi di Pesisir Talaud Imbas Gempa M 7,4 Filipina
Gempa M 7,4 Hantam Laut Filipina, BMKG Keluarkan Peringatan Tsunami di Kepulauan Talaud
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
150 Juta Penduduk Indonesia Tinggal di Kawasan Rawan Gempa, 5 Juta di Wilayah Rentan Tsunami
Tiga Fase yang Perlu Diwaspadai Saat Terpapar Campak, Demam Tinggi hingga Ruam Menghitam
Apa Itu Campak? Ini Penjelasan Lengkap dan Fakta KLB di Sumenep, Jawa Timur
Infeksi Cacing Bikin Raya Meninggal, DPR: Bukti Akses Kesehatan di Pedesaan Lemah