LIHAI bermain game saja belum cukup bagi para pro player esports. Mereka tetap harus memperhatikan kesehatan fisik hingga nutrisi yang dikonsumsi demi recharge performa dan kualitas hidup, meski nantinya sudah tidak menggeluti dunia esports.
Gelaran IESF 14th World Esports Championships 2022 kembali menggelar sesi Media Talk yang membahas peran nutrisi dan kesehatan mental para atlet esports. Dalam diskusi ini hadir pula Nutritionist Akademi Garudaku, David Gunawan dan Mental Coach Akademi Garudaku, Andromeda Manuputty.
“Kesehatan mental itu kan juga berbicara soal cara berpikir. Jadi, kita tanya sendiri jawabnya juga sendiri. Kayak misalnya ‘Kenapa saya bisa kalah ya? Sepertinya karena terlalu menganggap sepele musuh’. Nah mindset-nya diubah ke depan untuk tidak menganggap sepele musuh. Siapa tahu jadi menang,” kata Andro.
Baca juga

Menurut Andro, kesehatan mental para atlet esports tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya. Sebab, para atlet memiliki jam latihan yang cukup lama seperti 6-8 jam. Untuk mengatasi hal ini, lanjut Andro, Akademi Garudaku punya tanggung jawab agar mereka tetap merasa ‘waras’ setelah berjam-jam bermain game dan melihat gawai.
“Metode saya adalah tiga dimensi, yakni fisik, mental, juga spiritualitas juga tetap harus dijaga,” kata Andro.
Sebelum para atlet esports bertanding, ada beberapa hal yang harus mereka persiapkan selain strategi permainan, yakni mindset. Andro mengatakan mindset punya kekuatan yang cukup besar dan penting agar para pemain lebih bersemangat kala bertanding.
“Mindset-nya harus diubah dulu. Kalau mereka istirahatnya saja kurang, itu jadi masalah. Istirahat bukan hanya soal fisik tapi juga pikiran. Kalau waktunya tidur, ya tidur. Jangan HP jangan ada di kasur. Intinya istirahat itu sangat penting,” ungkapnya.
Menurut Andro, mental health dan mental performance adalah dua hal yang berbeda.
“Mental health itu sehat mungkin tanpa ada rasa sakit. Artinya secara mental dia sehat, dia waras. Tapi mental performance adalah untuk mencapai goal tertentu. Begitu juara itu tidak dapat, meaning-nya yang diubah. Kekalahan ini adalah kemenangan untuk selanjutnya,” kata Andro.
Baca juga:
Pentingnya Regulasi Lindungi Hak dan Kewajiban Ekosistem Esports

“Jadi kalau pemain bertanding terus kalau, coba istirahat, me time, refreshing ke Bali misalnya. Jauh dari lingkungannya sebelumnya,” sambungnya.
Berbicara soal nutrisi, David mengatakan bahwa punya badan ideal saja tidak cukup. Banyak pasiennya yang memiliki badan sixpack kerap mengalami gagal ginjal.
“Jadi badan kayak biola belum tentu menjamin dia sehat. Dan menurut saya, orang Asia itu kurang cocok kalau diajarin menakar nutrisi seperti protein, karbohidrat, atau kalori. Jadi saya sarankan untuk enjoy makanan, tapi dengan catatan jangan berlebihan dan tetap sehat,” kata David.
“Biasanya atlet kalau menjelang pertandingan suka stres. Jadi harus jaga emosinya, kalau tidak bisa berpengaruh ke kesehatan, seperti diare,” lanjutnya.
David pun memberikan kiat-kiat untuk kita bisa memulai hidup sehat. Pertama, harus mengatur jam makan dan jangan sampai telat. Jika memang sudah waktunya makan siang atau malam, jangan ditunda-tunda. Selanjutnya adalah minum air putih yang cukup. Bukan teh, kopi, atau minuman manis lainnya yang justru tinggi gula.
“Terakhir adalah menghindari camilan-camilan sintetis. Kita sering banget kan tergoda sama makanan-makanan lucu yang ada di Instagram,” ungkap David.
Buat kamu yang ingin menjadi pro player, David mengingatkan untuk tidak hanya jago dalam skill tetapi juga tingkah laku hingga ketepatan waktu.
“Jangan kebiasaan merokok, jangan kebiasaan makan makanan yang kurang sehat karena kayak gitu bisa adiksi. Otomatis kalau mau jadi pro player kesehatan harus kuat, supaya tetap produktif ke depannya,” tutup David. (and)
Baca juga:
Akademi Garudaku Tegaskan Pentingnya Keseimbangan Pendidikan dalam Dunia Esports