MerahPutih.com - Pemerintah meminta para pelaku industri atau pengusaha menjaga arus kas keuangan hingga 2022 dalam rangka mengantisipasi dampak pandemi COVID-19.
"Kita harus memastikan cash flow kita cukup. Saya sarankan siapkan hingga 2022, jadi tidak untuk satu tahun ke depan saja, jangan terlalu boros," ujar Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin dalam Webinar bertajuk "Outlook Kebutuhan Baja Indonesia" di Jakarta, Kamis (23/10).
Ekonomi, kata ia, tidak akan sepenuhnya pulih jika aktivitas kontak fisik di masyarakat masih dibayangi oleh rasa tidak aman dalam hal kesehatan.
Baca Juga:
Pandemi, Resesi dan UU Cipta Kerja di Satu Tahun Jokowi-Ma'ruf
"Selama belum terjadi rasa aman untuk kontak fisik maka ekonomi akan sulit bangkit. Sehebat-hebatnya e-commerce kita, masih belum bisa kalahkan aktivitas ekonomi di pasar tradisional," ucapnya.
Rasa takut di masyarakat harus terlebih dahulu menjadi fokus, salah satunya dengan disiplin menggunakan masker dan menjaga jarak, tidak harus dengan vaksin, tapi juga dengan perubahan perilaku.
Budi menyampaikan, krisis ekonomi 2020 ini dipicu sektor kesehatan, berbeda dengan krisis 1998, 2008, dan 2013 yang dipicu sektor keuangan.

"Kenapa kesehatan bisa berdampak ke ekonomi? Ya karena kebetulan krisis kesehatan ini responnya dengan melakukan lockdown atau membatasi aktivitas fisik, padahal ekonomi Indonesia ditentukan oleh kontak fisik," katanya.
Pemerintah ditegaskan ia, telah menyiapkan anggaran sebesar Rp695 triliun guna mengatasi dampak pandemi, baik dari sektor kesehatan dan pemulihan ekonomi. Per Juli, pemerintah telah menyalurkan sebesar Rp344 triliun atau hampir 50 persen, sektor perlindungan sosial dan UMKM menjadi yang paling besar penyerapannya.
Baca Juga:
Kementerian dan BUMN Segera Diwajibkan Beli Produk UMKM