KOTA Depok bergaung kuat di media sosial awal November lalu. Sepotong video pendek memperlihatkan pembangunan trotoar di Jalan Margonda yang menutup akses pintu masuk SDN Pondok Cina 1.
Karuan video tersebut mengundang cibiran dan sindiran. Kadung diketahui bahwa sejak kampus Universitas Indonesia (UI) diresmikan di Depok pada 1986, Depok berkembang jadi kota yang padat, pesat, mengutamakan kendaraan bermotor, dan menyingkirkan pejalan kaki serta pesepeda.
Kota Depok sebermula kawasan perkebunan kolonial. Secara perlahan, Depok berubah jadi hunian nasional atau Perumnas.
Setelahnya, Depok menjelma sebagai daerah penyangga Ibukota. Banyak lahan terbuka yang hilang karena diubah sebagai hunian dan jumlah reservoir air yang dibangun pada masa Belanda pun turut berkurang.
Jalur hijau ikut menyusut karena kebutuhan hunian. Jalan raya melebar dan menaikkan penggunaan kendaraan bermotor. Pesepeda dan pejalan kaki pun menyingkir. Kemacetan pun muncul di banyak ruas jalan di Depok.
Kota Depok yang semula dipromosikan sebagai kota penghasil belimbing untuk mencitrakan potensi agroindustrinya menjadi kota satelit dengan mayoritas warganya bekerja di Ibu kota.
Perkembangan kawasan kampus UI diikuti oleh industri kreatif di sepanjang jalan Margonda dan sekitarnya. Kehadiran UI di Depok tidak hanya menyematkan nuansa kultur intelektual, tetapi juga kultur Go-Green.
UI memberi angin segar pada penggunaan sepeda, baik untuk keperluan komuter maupun rekreasi. Oleh karena itu, Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI berupaya mendorong semangat itu lebih jauh.
Baca juga:
Kota di Inggris akan Resepkan Bersepeda agar Warganya Lebih Sehat
View this post on Instagram
Di daerah perkotaan, popularitas sepeda meningkat signifikan hingga memunculkan istilah urban cycling. Menurut Chawla (2017), urban cycling dapat diartikan sederhana sebagai “using your bicycle as a transportation method throughout your city”.
Beberapa keuntungan dapat diambil dengan memilih sepeda sebagai sarana transportasi untuk melintasi daerah perkotaan. Antara lain kesehatan yang lebih baik dengan olahraga, emosional yang lebih terjaga karena lebih mudah bergerak tanpa terjebak macet, finansial yang lebih hemat tanpa biaya bahan bakar, dan lingkungan yang lebih baik tanpa polusi.
Beberapa kelebihan tersebut mendukung aktivitas bersepeda dalam mengembangkan potensi perkotaan melalui ekowisata (ecotourism). Ekowisata memadukan konservasi (conservation), komunitas (community), dan wisata yang berkelanjutan (sustainable travel).
Konsep lingkungan dan wisata dapat diunggulkan dengan kegiatan bersepeda. Masyarakat dapat dilibatkan dalam program ekowisata dengan memanfaatkan komunitas-komunitas bersepeda yang semakin populer.
Pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan upaya untuk memberi kontribusi melalui kerjasama dengan komunitas sepeda di Depok dengan perspektif Urban Cycling Tourism. Ini konsep yang telah diadopsi di banyak kota di Eropa dan Asia terkait dengan kesadaran atas pentingnya pergerakan penghuni kota melalui sepeda sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan.
Baca juga:

“Kami bekerja sama dengan sejumlah komunitas sepeda di Depok, media lokal, UIII, dan Vokasi IPB. Kegiatan ini kami sebut 'Jajal Trek DUT'. DUT (Depok Urban Track) yang menyerap pengalaman pesepeda di sekitar kota Depok dan mentransformasikannya sebagai 'model jalur bersepeda' di perkotaan yang dapat menunjang ekowisata Depok secara meluas," kata Tommy Ch, Koordinator Pengmas, melalui keterangan tertulis kepada Merahputih.com.
Menurut Tommy, pihaknya tidak membuat jalur fisik yang baru. Mereka menghubungkan POI (point of interest) secara konseptual melalui historical, cultural, industrial, dan educational landscape di Depok.
Tim pengabdi mendata dan memilah trek-trek sepeda yang tersedia, kemudian memetakannya melalui GPS yang nantinya dapat diakses secara umum. Model trek ini tidak hanya dilakukan dengan proses mapping, tetapi juga menyertakan POI (point of interest) yang dilalui model trek yang dibuat dengan mempertimbangkan aspek sejarah, toponimi, ekowisata, hingga keamanan, dan keselamatan pengendara.
"Semua informasi kelak kami taruh di situs DUT," sebut Tommy.
Trek sepeda akan dibagi dalam 2 kategori yang disesuaikan dengan tingkat pengalaman bersepeda dan jangkauan yang mampu ditempuh, 10 km—15 km dan 30—40 km dengan tagar #depokurbantrack, #DUT22.
"Minat pesepeda sangat baik, peserta kami batasi 200 pengayuh dari Kota Depok dan sekitarnya. Kuota itu tercapai hanya dalam waktu 3 hari setelah pengumuman kami sebar di media sosial," ungkap Tommy.
Untuk menangkap pengalaman para pengayuh, pihaknya menyelenggarakan lomba foto khusus perserta yang mengikuti Jajal Trek DUT pada Sabtu (26/11). Diharapkan foto foto itu akan menjadi penguat promosi wisata dan menguatkan kesadaran menggunakan sepeda sebagai alternatif komuter maupun rekreasi. (dru)
Baca juga: