Inilah Pengaruh Tionghoa dalam Budaya Betawi


Tradisi palang pintu Betawi. (Foto: Dokumentasi Pribadi Sahroni)
Orang-orang Tionghoa sudah datang ke nusantara lebih dahulu sebelum orang-orang Belanda. Hal itu terungkap dalam buku Sejarah Jakarta yang ditulis oleh Uka Tjandrasasmita.
Bahkan, Sunda Kelapa pada zaman Kerajaan Pajajaran sudah banyak dikunjungi oleh para pedagang Tionghoa. Dengan membawa porselin, sutra, dan obat-obatan, mereka menukar itu semua dengan hasil bumi nusantara.
Karena itu, berawal dari perdagangan lambat laun membuat pengaruh Tionghoa terhadap budaya Betawi pun semakin terjalin erat.
Menurut Raden Aryo Sastrodarmo, seorang pelancong Surakarta di Batavia pada tahun 1865, dalam Kawontenan ing Nagari Betawi, seperti dikutip Ridwan Saidi dalam Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya, adat-istiadat Betawi memiliki kemiripan dengan adat-istiadat Tionghoa. Dan, cara orang Betawi memperkenalkan diri juga seperti orang Tionghoa.
“Orang Tionghoa sudah lama sekali berada di Batavia. Saat kolonial Belanda pertama kali menginjakkan kaki di bumi Jayakarta, di sana sudah ada permukiman Tionghoa di muara Sungai Ciliwung. Dan hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang sangat baik antara etnik yang di kemudian hari dikenal sebagai etnik Betawi dengan etnik Tionghoa,” jelas sejarawan Universitas Indonesia, Sulaiman Harahap saat dihubungi merahputih.com, Senin (27/2).
Adapun orang-orang Tionghoa tersebut, Sulaiman mengatakan, berasal dari provinsi Fujian, bagian selatan Tiongkok.
“Karena itu, budaya suku Hokkian-lah yang memberikan dampak besar. Kita bisa lihat dari istilah-istilah Hokkian yang sampai sekarang masih dikenal di kalangan Tionghoa peranakan dan sebagian telah masuk ke dalam kosakata bahasa Betawi,” kata Sulaiman.
Salah seorang sesepuh Betawi, Abah Misar (85) juga mengatakan bahwa pengaruh Tionghoa terasa pula dalam tradisi pernikahan Betawi.
“Seperti membakar petasan saat menyambut pengantin pria. Itu adalah budaya Tionghoa. Dan pada palang pintu, senjata khas Tionghoa; toya atau tongkat panjang juga sering digunakan selain golok,” kata Abah Misar.
Pemerhati sejarah dan budaya yang juga merupakan peranakan Tionghoa, David Kwa mengatakan beberapa budaya Betawi mengadopsi budaya Tionghoa. Misalnya, tradisi angpau. Angpau atau ampau juga lazim dilakukan masyarakat Betawi saat menghadiri pernikahan.
“Angpau atau ampau adalah bingkisan uang yang dimasukkan ke dalam amplop. Dan itu digunakan masyarakat Betawi saat memberikan hadiah kepada kedua mempelai,” kata David Kwa.
Hal tersebut merupakan beberapa di antara pengaruh budaya Tionghoa dalam kehidupan masyarakat Betawi. Pengaruh yang sebenarnya juga berlaku timbal balik antara kedua etnik tersebut. Pengaruh yang mencerminkan kebhinnekaan yang sesungguhnya dalam budaya bangsa ini.
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Lebaran Betawi 2025 Digelar di Monas, ini Rangkaian Acara Lengkapnya

Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Pasar Baru Bakal Jadi Pusat Oleh-oleh Betawi, Wagub Rano: Kita Undang Mandra Biar Rame
Sekda Marullah: Pemuda Betawi Harus Terus Berkembang Ikuti Perubahan Zaman

Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025

Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian

Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China

Bir Pletok Bakal Jadi Minuman Selamat Datang Ketika Pramono Memerintah Jakarta
Jokowi Pakai Baju Adat Betawi di Sidang Tahunan MPR Terakhir
