Pengamat Ungkap Kejanggalan 8 Korban Tewas Aksi 22 Mei
Merahputih.com - Pengamat kepolisian Hermawan Sulistyo mengungkap fakta yang janggal dari kematian delapan korban yang diduga ditembak saat kerusuhan di kawasan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Menurut Hermawan, dari delapan orang yang tewas, tak ada data satupun di semua rumah sakit soal asal dan yang membawanya.
"Sampai sekarang itu, tak ada data di semua rumah sakit yang dikirim, yang bawa mayatnya itu siapa? Gak ada datanya," kata Hermawan dalam perbincangan di salah satu stasiun TV, Senin (28/5).
Hermawan melanjutkan korban luka tembak hampir semua single bullet. Ketembak dari samping kanan leher.
"Single bullet itu satu peluru nembak gitu. Kenanya kepala," jelas dia.
Hermawan menambahkan, jika aparat Kepolisian, pasti menembak secara banyak. Sehingga lobang di tubuh korban banyak.
"Bukan polisi (pelakunya). Lalu satu lagi glock, senjata laras pendek. Tapi kan tak ada perwira yang didepan. Semua kalau kita lihat, dari jarak yang pendek. Tidak lebih dari 100 meter misalnya. Kenapa ? Kalau peluru ditembakan disini (samping kepala) kalau jarak jauh, lubangnya lebih lebar," jelas pengajar Kriminologi UI ini.
"Ini kan single bullet masuk dan keluar sebesar proyektil. Siapa yang bisa menembak kepala dan leher. Ini patut dipertanyakan" ungkap Hermawan.
Hermawan juga mengkritik soal adanya people power yang dinilainya tak nyambung. Ia menganggap, people power bisa terjadi kalau ada krisis ekonomi.
"Tahun 1998 itu orang ngantri sembako karena bapaknya Titiek Prabowo (Soeharto) yang kemarin lompat pagar ke Bawaslu itu," imbuh dia.
Lalu, ada rezim yang represif. "Ini boro-boro represif (Presiden Joko Widodo). Lemah kok," ucap dia.
Hermawan pun yakin, kekuatan aksi ini akan melemah seiring berjalannya waktu.
"Berkurang ini. Kita kan semua tau, bandarnya pelit. Kalau dia patok Rp 100 milyar, gak mau lagi keluar duit," pungkas dia. (Knu)