Pengamat: Pemilu 2019 Jadi Pemilu yang Paling Mematikan
MerahPutih.com - Lamanya proses persiapan hingga penyelenggaraan Pemilu serentak 2019 membuat Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) kewalahan. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang meninggal dunia.
Dari data terakhir yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebanyak 91 petugas gugur dan 374 orang jatuh sakit. Melihat hal itu, Pengamat politik, Wempy Hadir menyebut pemilu kali ini sebagai pemilu yang mematikan.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar para eksekutif dan legislatif untuk menimbang kembali pengadaan pilpres dan pileg secara serentak.
"Sebab jumlah korban jiwa tentu tidak bisa kita bandingkan dengan materi. Nyawa manusia merupakan di atas segalanya," kata Wempy kepada Merahputih.com, Senin (22/4).
Direktur Indo Polling Network ini menambahka, pelaksanaan pileg dan pilpres serentak sangat perlu dilakukan evaluasi sehingga pada pemilu yang akan datang tidak terjadi korban jiwa lagi.
"Misalnya pemilu presiden di dahulukan, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan legislatif. Dengan demikian kita bisa mencegah terjadinya korban jiwa," jelasnya.
Wempy berharap, secepatnya agar anggota DPR RI dan Presiden yang terpilih segera memikirkan perubahan terkait penyelenggaraan pemilu serentak atau revisi undang-undang pemilu.
"Kita jangan hanya mengejar agar biaya pemilu lebih efisien, tapi yang paling penting adalah kita menjaga nyawa setiap penyelenggara pemilu," paparnya.
Presiden petahana, Joko Widodo, lanjut Wempy mesti segera menyampaikan kepada publik bahwa akan diberikan santunan kepada korban jiwa dan yang sedang dirawat akan dibebaskan biaya perawatan.
"Dengan demikian, publik merasa terbantu dengan perhatian dari pemerintah terhadap penyelenggara pemilu kita," ungkap Wempy. (Knu)
Baca Juga: Bahas Nasib KPPS, KPU Akan Gelar Pertemuan dengan Kemenkeu