Pengamat Ekonomi Harap Pemerintah Bebenah Pergaraman Indonesia

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Sabtu, 05 Agustus 2017
Pengamat Ekonomi Harap Pemerintah Bebenah Pergaraman Indonesia
Ilustrasi garam.(ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

MerahPutih.com - Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya menjelaskan bahwa saat ini merupakan momen tepat bagi pemerintah untuk membenahi kebijakan pergaraman Indonesia.

Dalam hal ini, Berly mengungkapkan bahwa yang perlu diperhatikan pemerintah adalah tata kelembagaannya, siapa melakukan apa, mulai dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, PT Garam, dan pihak lain yang terlibat.

Ia mengatakan, turunnya produksi garam, tetapi permintaannya tetap membuat harga garam melonjak. Menurutnya, impor merupakan solusi jangka pendek yang harus dijadikan target untuk membuat kebijakan yang sistematis agar meningkatkan produksi untuk 2 sampai 3 tahun kedepan.

"Produksi turun. Demand tetap, sehingga harga naik. Solusi jangka pendek ya, impor. Namun, harus jadi target kebijakan sistematis untuk tingkatkan kapasitas produksi dalam 2-3 tahun kedepan," kata Berly kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (5/8).

Untuk dapat mendongkrak jumlah produksi garam diperlukan kebijakan sistematis yang dapat meningkatkan teknologi dan manajemen yang baik. Menurut Berly, lokasi tempat produksi juga perlu diperhatikan, jika tempat produksi jauh dari lokasi pembeli, harga jual akan mahal, karena biaya transport jauh. "Kalau produksi jauh dari lokasi pembeli, maka biaya transport jadi mahal harga jual," kata dia.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menjelaskan, pemerintah sebenarnya sudah memiliki program untuk petani garam, yakni program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Namun, implementasinya tidak berjalan maksimal.

"Ini tapi enggak jalan, realisasi bantuan tidak pernah mencapai 100 persen, target produksi garam dari PUGAR hanya 51,4 persen dari target. Jadi, programnya sudah ada, tetapi tidak serius diawasi pemerintah," katanya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mau tidak mau harus impor garam sebanyak 75 ribu ton dari Australia. Alasan kenapa impor garam dari Australia adalah karena jarak tempuhnya yang relatif singkat, sehingga mempercepat garam sampai di Indonesia. Kita semua berharap kedepannya Indonesia dapat swasembada garam, dan menjadi negara yang berdirikari. (*)

#Garam #Menteri Perdagangan #Enggartiasto Lukita
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan