MerahPutih.com - Gunung Guntur, Garut, salah satu gunung api besar di Jawa Barat, memiliki medan yang tak mudah diarungi para pendaki.
Bahkan baru-baru ini, seorang pendaki, Muhammad Gibran Arrasyid (14), sempat dikabarkan hilang sejak Minggu (19/9) lalu, saat melakukan pendakian gunung tersebut. Meskipun lima hari kemudian Gibran ditemukan selamat, Jumat (24/9).
Unit SAR Universitas Padjadjaran (Unpad) turut membantu melakukan pencarian pendaki hilang tersebut. SAR Unpad menurunkan empat personel yang diberangkatkan pada Rabu (22/9) malam atau hari ketiga pasca-pendaki tersebut dinyatakan hilang.
Baca Juga:
Asosiasi Bupati Meminta Nakes di Area Pegunungan Tengah Papua Harus Diungsikan
Empat personel SAR Unpad yang semuanya perempuan itu terdiri dari Helsya Natasya (FIB), Nadin Azani (Fikom), Daryl Sarah Agustin (FTG), dan Shifa Fatina Hasim (FISIP). Keempat srikandi ini bergabung dengan kurang lebih 150 relawan lainnya untuk ikut membantu operasi pencarian Gibran.
Mereka menuturkan pengalaman selama menempuh medan sulit Gunung Guntur. Selain ikut membantu melakukan penyusuran dari posko pendakian hingga puncak, beberapa personel juga membantu di dapur umum untuk menyiapkan logistik bagi relawan yang bertugas.
“Kami bersama tim lain mencari di sekitar pos 1, pos 2, pos 3, hingga puncak. Lalu menyisir hutan di sekitarnya, melakukan close grid, hingga menyusuri punggungan. Ada juga yang membantu di dapur umum,” kata Shifa.
Mahasiswi Prodi Kesejahteraan Sosial ini mengaku, operasi pencarian sempat terkendala oleh anomali cuaca. Hal ini kerap membuat relawan mesti turun kembali akibat kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk naik sampai puncak.
Belum lagi trek pendakian didominasi batuan licin dan pasir, acapkali membuat relawan tergelincir. Namun, kekompakan relawan terus dijaga. Semua relawan yang melakukan pendakian tetap memastikan kondisi dan keselamatannya bersama.

Di hari kelima dari dinyatakan hilang, pendaki tersesat tersebut berhasil ditemukan oleh warga sekitar yang membantu pencarian. Lokasi ditemukannya berada di area Curug Cikoneng, atau tidak jauh dari pos 2, sekitar pukul empat sore.
“Secara umum tentu sangat senang sekali, survivor ditemukan selamat dan sehat meskipun agak lemas. Kami senang dan terharu, usaha kami selama ini membuahkan hasil positif,” kata Shifa yang mengaku sempat melewati lokasi tempat ditemukannya penyintas saat melakukan pencarian.
Sebagai anggota SAR Unpad, Shifa sering ikut menjadi relawan, baik untuk mencari orang hilang atau pun ikut membantu operasi tanggap darurat di beberapa lokasi bencana. Rasa ingin membantu sesama, khususnya yang membutuhkan, menjadi motivasi Shifa untuk terjun sebagai relawan.
“Saya tipe orang yang memiliki empati tinggi, saya ingin membantu sesama terlebih ketika saya merasa saya mampu dan saya bisa, ada organisasi atau fasilitas yang mendukung kenapa tidak?” ujarnya.
Baca Juga:
Boyolali Diguyur Hujan Abu Gunung Merapi, Warga Tetap Beraktivitas Seperti Biasa
Unit SAR Unpad selalu mengupayakan menurunkan personelnya manakala ada informasi kebencanaan atau orang hilang yang didapat. Tercatat, hampir beberapa bencana atau peristiwa, SAR Unpad ikut serta sebagai relawan.
Sejauh ini, Shifa sendiri tidak memiliki kendala berarti saat menjadi relawan di lapangan. Ia menjelaskan, seluruh personel SAR Unpad telah ditempa dengan berbagai latihan fisik dan keterampilan rescue. Hal ini mendorong setiap personel siap secara fisik apabila ditugaskan sewaktu-waktu,
Mahasiswi angkatan 2018 ini juga memiliki cara jitu untuk tetap menjaga kondisi mentalnya selama melakukan operasi kemanusiaan. Salah satunya dengan menjalin komunikasi dengan sesama relawan lainnya.
“Kami berkenalan dan berbagi cerita dengan relawan lain agar mental kami tetap stabil, sehingga tidak hanya terfokus pada kegiatan pencarian atau pertolongan, tapi kita juga menghibur diri, tidak perlu dibawa stres,” tutupnya. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Sejumlah Wilayah di Lereng Gunung Merapi Diguyur Hujan Abu