Pendidikan Lanjutan untuk Menjawab Tantangan Industri Aviasi di Masa Depan
Pilot butuh melanjutkan pendidikan untuk menjawab tantangan dunia aviasi di masa depan. (foto: Unsplash/kora xian)
PANDEMI global yang melanda setahun ke belakang menghantam dunia penerbangan dengan keras. Board of Advisors to General Chairman INACA (Indonesia National Air Carriers Association) Kapten Dharmadi mengungkapkan dunia aviasi secara global mengalami kontraksi hingga 51% pada 2020. Jumlah itu setara dengan US$400 juta. “Untuk Indonesia, penerbangan domestik minus 40%, sedangkan penerbangan internasional hilang 67%,” jelasnya dalam talkshow interaktif bertajuk Masa Depan Aviasi Indonesia dan Peran Serta Pendidikan yang digelar UniSadhuGuna (USG) dan Flybest Academy (Flybest), Kamis (8/4).
Dharmadi mengatakan COVID-19 selama setahun belakangan ini memang menyebabkan sektor aviasi berhibrenasi sementara. Meskipun demikian, hal tersebut tidak meredam semangat praktisi industri penerbangan. Penerbangan komersial memang ada penurunan kapasitas dan harus dilihat secara besar bahwa industri aviasi sangatlah luas. “Contohnya pilot kargo airlines dan freighter terus tumbuh dan dibutuhkan terutama karena besarnya transaksi e-commerce serta distribusi alat-alat kesehatan, obat-obatan, dan vaksin di masa pandemi. Selain itu, penerbangan privat dan medevac juga tumbuh pesat,” jelasnya.
BACA JUGA:
Tech in Asia PDC'21 Hadirkan Pakar Industri yang Andal dan Kompeten
Menurutnya, hal itu menjadi bukti bahwa indsutri aviasi di Indonesia akan bangkit dan masih punya masa depan yang cerah. Senada, Chairperson PIP2I (Perkumpulan Institusi Pendidikan Penerbangan Indonesia) Karin Item mengatakan maskapai penerbanga akan mulai proses recovery pascapandemi pada 2023. “Untuk itu, dimulai tahun 2022 lini rekrutmen pilot juga akan lebih intensif ini untuk mengisi kekosongan terutama karena pilot-pilot yang pension dan beragam karena meningkatkan kebutuhan di jasa penerbangan di lini lain seperti kargo dan pariwisata,” ujarnya.
Karin yang juga menjabat direktur FlyBest Aviation dengan percaya diri menjelaskan bahwa prospek pendidikan pilot masih cerah dan banyak diminati. Meski demikian, baik Kapten Dharmadi maupun Karin tak memungkiri bahwa mereka yang terjun di dunia aviasi menghadapi tantangan. Dibutuhkan kemampuan bergerak dan adaptasi secara cepat.
“Memiliki nilai tambah di bidang skills dan akademis sangat berpengaruh untuk kelangsungan karier seorang pilot dalam jangka panjang,” ujar Kapten Dharmadi. Ia mengatakan selain dibekali skill menerbangkan pesawat komersial, pilot yang mengantongi gelar S-1 juga akan memiliki wawasan manajerial tentang pengelolaan bandara dan industri selain penerbangan yang sangat luas cakupannya. Dengan demikian, mereka juga bisa menempati posisi-posisi di manajerial di masa depan.
Meski demikian, Karin mengamini bahwa biaya yang dibutuhkan untuk studi tersebut cukup besar. karena termasuk elite major of study. “Kami ingin menjembatani anak muda bukan hanya bermimpi dan mewujudkan impian mereka menjadi kenyataan,” ujarnya.
Untuk itulah, USG dan Flybest yang berpusat di EduCenter, BSD, Tangerang Selatan berkolaborasi membuat inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan tersebut. Kolaborasi kedua lembaga pendidikan itu menawarkan solusi bagi mereka yang ingin terjun ke bidang aviasi dengan hanya 4 tahun durasi studi dengan biaya yang lebih terjangkau.
Program aviasi yang ditawarkan USG dan FlyBest terdiri dari tiga jalur studi. Pertama untuk calon pilot (kadet) yaitu program integrase Pilot License Program dan Bachelor of Business (Aviation). Kedua, program di buka untuk Professional Pilot yang ingin meningkatkan izin terbang ke Air Transport License (ATPL) dan mendapatkan Bachelor of Business (Aviation) untuk menunjang karier di dunia penerbangan masa depan. Program ketiga ialah Executive Development Program, yaitu program khusus untuk Kapten Pilot yang ingin mendapatkan gelar Master of Science (International Management) dari TeessideUniversity UK yang dapat dipergunakan untuk modal bekerja di manajerial tingkat tinggiindustri aviasi baik manajemen penerbangan atapun bandara.
Head of UniSadhuGuna BSD Campus & BTEC Specialist Aimee Sukesna mengatakan nilai tambah lagi dari program ini untuk siswa yang tertarik berkarier di bidang penerbangan ialah studi kasus yang akan digunakan sangat berhubungan dengan perkembangan dan tren dunia penerbangan skala lokal dan internasional, sehingga lulusannya akan siap berkompetisi secara global.
“Prospek karier dalam dunia Aviasi ini sangat menggiurkan dan bukan hal mudah yang dapat diraih semua orang, karena maskapai penerbangan terutama yang jangkauan internasional memiliki aturan dan seleksi yang cukup ketat, beberapa di antaranya selain Air Transport Pilot License dengan minimum 1.500 jam terbang juga membutuhkan kualifikasi bachelor. Di sinilah peran penting dunia pendidikan untuk membantu siswa memenuhi syarat maskapai maupun jasa aviasi internasional ini dari kedua sisi baik akademis dan nonakademis atau pengembangan soft skills”, ujar Aimee.(dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Pemprov Jateng Kembalikan Kebijakan 6 Hari Sekolah Jadi Polemik, Wagub Taj Yasin: masih Dikaji
DPR Desak Pemerintah Usut Tuntas Operasional Bandara di Morowali, Dinilai Ancam Kedaulatan Negara
Legislator PKB Ingatkan Program Guru Wali Jangan Tambah Beban Mengajar
Sekolah Bisa Ajukan Perbaikan Gedung Via Online, DPR: Harus Disosialisasikan secara Masif
Smartboard Dukung Digitalisasi Pendidikan, Komisi X DPR Ingatkan Guru agar tak Menyalahgunakannya
Pramono Anung Lantik 673 Kepala Sekolah, Minta Sekolah Bebas Perundungan
Prabowo Janjikan Pendidikan Dokter, Perawat, Paramedis Dibiayai Negara dengan Beasiswa Penuh
Wamendikdasmen Ingin Sentralisasi Guru, Mudahkan Redistribusi Guru
Jangan Lupa, Mulai Hari Ini Sriwijaya Air & NAM Air Rute Domestik Pindah ke Terminal 1B Bandara Soetta
Momen Presiden Prabowo Subianto Luncurkan Program Digitalisasi Pembelajaran untuk Indonesia Cerdas