Pemudi Timur yang Andal Menenun

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Senin, 25 Oktober 2021
Pemudi Timur yang Andal Menenun
Luisa Jaga Koban penenun dari Desa lerek (Foto: dok.pribadi Luisa)

INDONESIA mempunyai banyak keragaman kebudayaan, salah satunya kain tenun. Hampir di setiap daerah mempunyai keunikan kain tenunnya masing-masing. Salah satunya adalah Pulau Flores.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya yang memanjakan mata, Flores merupakan salah satu tempat yang mempunyai kain tenun ikat nan kaya akan motif dan warna. Kain ini hampir dilupakan karena penggiatnya kebanyakan adalah orang tua, dan jarang sekali anak muda yang dapat membuatnya.

Baca Juga:

Aku Tak Mau Lagi Bergaul dengan Teman Bertopeng

Akan tetapi, ada pemudi Negeri Aing dari Indonesia Timur yang masih mau menggeluti kain tenun ikat Flores ini. Luisa Jaga Koban, biasa dipanggil dengan Luisa, berasal dari Desa Lerek yang sekarang sedang menempuh pendidikan di Bali. Luisa sangat senang menenun, karena dengan menenun, ia bisa membuat pakaian yang bagus dengan motifnya sendiri seperti rok maupun tas untuk di gunakan saat jalan-jalan.

Kerumitan kain tenun sebanding dengan hasil yang didapatkan. (Foto: dok. pribadi Luisa)

Kesenangannya akan tenun kain ikat berawal dari kecil, tepatnya ketika kelas 1 SMP. Melihat sang ibu yang sedang menenun, Luisa tertarik ingin melakukannya. Namun, ia tidak berani untuk mempraktekannya langsung dengan alat tenun kain sungguhan.

Lalu tanpa sepengetahuan ibunya Luisa belajar tenun menggunakan daun kelapa yang dia rangkai sendiri. Karena merasa ingin lebih serius untuk belajar, akhirnya Luisa meminta tetangga untuk memintal benang dan diajarkan tenun. Setelah itu, Luisa mencobanya untuk menenun di rumahnya, yang membuat sang ibu kaget sepulang dari kebun karena Luisa mau belajar tenun ikat Flores.

Untuk belajar menenun kain ikat Flores yang masih menggunakan alat tradisional bisa dibilang tidak mudah. Karena untuk menggelutinya harus membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Belum lagi dengan proses rumit dan banyak yang harus dipersiapkan.

"Saya baru keliatan rapi untuk menenun saja sejak 2 SMA, karena saya selalu menenun di kala tidak ada kegiatan sekolah waktu itu, belum lagi saya senang menenun karena bisa membuat pakaian atau tas baru untuk digunakan ke pesta," Kata Luisa.

Baca Juga:

Pemuda, 'Healing' Tak Harus 'Travelling'

Saat Luisa menempuh perkuliahan di Bali, tidak jarang ia mendapatkan pujian karena menggunakan tas atau pakaian dari kain tenun ikat Flores. Apalagi saat perkuliahan di Bali yang harus berpakaian adat, mengharuskan Luisa menggunakan kebaya dan kain tenun ikat Flores. Karena tampilan Luisa yang unik dan mencolok, teman-temannya tertarik untuk dibuatkan kain tenun olehnya.

Luisa senang menenun karena bisa dapat dijadikan pakaian baru (Foto: dok.pribadi Luisa)

"Saya belum pernah menjual hasil tenunan saya, tapi ibu saya sering sekali menjualnya. Harganya sih paling kecil 1 jutaan tapi menurut saya itu wajar karena untuk membuat satu kain harus menempuh banyak proses yang panjang," jelas Luisa.

Proses yang memakan banyak waktu dan juga rumit, membuat kain tenun ikat Flores ini kurang diminati oleh generasi mudanya. Kebanyakan anak Flores memilih merantau dan mencari uang di luar daerah, sehingga mengenyampingkan potensi daerahnya sendiri.

Namun untuk mempertahankan budaya yang ada pemerintah Flores juga tidak diam. Dengan adanya Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW), menurut Antonia Humiliata Tukan selaku tenaga admin, Pemerintah Flores akan memperdayakan wirausaha komoditi tenun.

Nantinya program ini akan memberikan Kecakapan Wirausaha untuk anak-anak putus sekolah yang berusia di bawah 25 tahun. Agar dapat diajarkan menenun, dari proses awal hingga akhir yang akan berjalan selama 2-3 bulan. PKW ini sudah dimulai sejak 18 oktober 2021. (jhn)

Baca Juga:

Lika-Liku Pemuda Tangguh Pekerja Lepas

#Oktober Pemuda Jagoan Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan