MerahPutih.com - Indonesia tengah memasuki tahun politik. Tahapan pemilu telah dimulai dan puncaknya pada pemilihan presiden dan wakil presiden serta politisi yang akan duduk di parlemen, dilanjutkan pemilihan kepala daerah serentak pada 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kampanye pemilihan umum yang akan dimulai pada 2023 ini akan menjadi vitamin baru bagi pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga:
Komisi II DPR Tegaskan Penyelenggaraan Pemilu Sesuai Jadwal, Tak Ada Penundaan
"Tahun politik menjadi vitamin baru pemulihan ekonomi nasional di 2023. Belanja politik dapat mendorong daya beli masyarakat," kata Airlangga.
Indonesia mengadakan pemilu hampir lima kali sejak reformasi yang selalu berjalan demokratis sehingga memberikan kepastian kepada investor untuk berinvestasi di Indonesia.
"Kestabilan politik akibat mandat kuat presiden menjadi basis fundamental Indonesia menangani COVID-19 dengan baik. Bandingan dengan negara lain dengan politik yang tidak stabil, mereka gamang menghadapi COVID-19,” katanya.
Ia memandang pertumbuhan ekonomi di 2023 juga akan ditopang oleh konsumsi masyarakat yang didorong peningkatan mobilitas setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut.
"Kalau kita lihat, Dana Pihak Ketiga (DPK) masih parkir di perbankan, dan ini pemerintah mendorong agar bisa diinvestasikan di dalam negeri. Walaupun kredit tumbuh 11 persen, tapi DPK masih tinggi yang kalau dilepas, Indonesia masih memiliki potensi capital expenditure untuk dalam negeri,” katanya.
Pemerintah akan mengakselerasi pembangunan Proyek Strategis Nasional dengan nilai lebih dari Rp 300 triliun pada 2023. Sementara itu, ekspor iperkirakan masih akan tumbuh ditopang oleh harga komoditas yang relatif masih tinggi meskipun mulai melandai dibandingkan 2022.
"Jadi dari konsumsi, investasi, dan ekspor, plus program Pengendalian COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang anggarannya sudah masuk ke masing-masing kementerian dan lembaga diharapkan bisa dorong pertumbuhan ekonomi di 2023,” katanya.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta mengatakan, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 yang sebesar 5,31 menjadi modal penting untuk menavigasi perekonomian domestik di tengah tantangan ketidakpastian global 2023.
Arif mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat yang tumbuh 2,1 persen, Uni Eropa 3,6 persen, China 3 persen, dan Korea Selatan 2,6 persen. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia, kata Arif, lebih rendah jika dibandingkan dengan India yang tumbuh 7 persen.
Ke depan, kata Arif, pemerintah akan menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi, menjaga inflasi dengan mengendalikan harga bahan makanan, dan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan begitu, konsumsi dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
"Momentum pertumbuhan yang baik ini juga harus dimanfaatkan untuk mendorong transformasi struktural yang tengah dilakukan dapat berlangsung lebih cepat," katanya.
Indonesia, kata ia, juga dihadapkan pada tantangan perekonomian global, tantangan krisis pangan, dan juga tantangan terbatasnya daya beli masyarakat akibat keterbatasan lapangan kerja.
"Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik ini dapat kita jadikan momentum untuk menciptakan prospek ekonomi yang lebih besar lagi pada 2023 ini dan di tahun-tahun mendatang," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Anies Bakal Sambangi Partai Ummat Jelang Pemilu 2024