MerahPutih.com - Kementerian Dalam Negeri melakukan rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah. Hal ini sesuai perintah Presiden Joko Widodo untuk bergerak bersama dalam mengendalikan inflasi.
"Angka (inflasi) nasional merupakan penjumlahan dari langkah-langkah yang dilakukan oleh semua daerah, 548 daerah, baik provinsi, kemudian kota dan kabupaten, semua harus bergerak bersama," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.
Baca Juga:
BI Naikkan Lagi Suku Bunga Demi Kendalikan Inflasi
Tito mengatakan kondisi inflasi di Indonesia masih landai, bahkan jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain, berada sekitar 5,95 persen.
Tetapi, hal itu tidak boleh membuat semua pihak lengah karena akar penyebab inflasi bukan pada kondisi ekonomi lokal, tetapi lebih pada kondisi global yang sampai saat ini masih terus memengaruhi sektor ekonomi dan keuangan.
Tito menegaskan, meskipun pandemi COVID-19 telah melandai di banyak negara, namun sisa dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi masih terasa.
Perang yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina pun terus menekan kondisi ekonomi global, sehingga hal itu terasa sampai ke daerah-daerah di Indonesia.
Penyebabnya, karena Rusia merupakan pemain besar di sektor ekonomi, pangan, bahan bakar, dan energi dan Ukraina mendapat bantuan kekuatan dari Barat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang juga memegang kendali global di berbagai sektor.
"Sehingga, ini betul-betul berdampak kepada dunia. Semua tahu bahwa Rusia adalah salah satu pengekspor minyak nomor empat terbesar di dunia dan energi, terutama gas di Eropa sangat tergantung kepada Rusia. Apalagi musim dingin ini, kebutuhan akan gas sangat-sangat tinggi," katannya.
Selain itu, Rusia merupakan pengekspor gandum dan tepung nomor dua di dunia. Akibatnya, perang itu menimbulkan gangguan terhadap rantai pasokan energi dan pangan dunia yang berimbas pada situasi ekonomi dan keuangan.
"Banyak negara yang menahan pangannya masing-masing untuk kepentingan rakyatnya, demikian juga energi harga minyak sangat tinggi, belum lagi gas dan lainnya semua naik," ucap Tito.
Keputusan negara-negara yang menahan produksi pangan, energi, maupun bahan bakar mereka tentunya membuat stok di pasar dunia semakin sedikit dan berakibat pada kenaikan harga komoditas.
"Pemerintah daerah, untuk selalu waspada terhadap pengaruh ekonomi dunia," ujarnya. (Asp)
Baca Juga:
Jokowi Bandingkan Inflasi Indonesia dengan Argentina