MEMASUKI lorong khusus bumbu dapur di sebuah pasar swalayan di Kelapa Gading, tiga rak disediakan untuk menampung minyak goreng terlihat melompong. Terdapat papan pengumuman dari pihak supermarket menyatakan membatasi pembelian minyak, hanya boleh dua buah per orang dalam satu transaksi.
Baca juga:
Pengumuman tersebut menindaklanjuti melambungnya harga minyak diikuti dengan kelangkaan stok. Dikutip dari situs Pusat Informasi Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada Minggu (9/1/2022), harga minyak terus naik dari harga pasaran Rp 19.000 sampai Rp 26.000.
Harga minyak goreng meningkat menimbulkan kebingungan mengingat pasokan minyak sawit di Indonesia selalu berlimpah. Menurut penjelasan Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMN), pasokan minyak hewani dan nabati memang sedang berkurang di pasar global.

Menanggapi kejadian ini, pemerintah akhirnya meluncurkan subsidi minyak goreng satu harga sebesar Rp 14.000 per 19 Januari 2022. Semua retail sampai warung harus tunduk pada harga ditetapkan pemerintah tersebut. Meski begitu, masih terdapat masyarakat panic buying alias tetap membeli minyak goreng secara berlebihan karena takut harganya melambung lagi.
Wajar saja, rasanya orang Indonesia tak bisa hidup tanpa goreng-gorengan. Mulai dari masakan restoran sampai pedagang kaki lima, semua jenis makanan digoreng cenderung laris manis. Selain rasanya enak, cara pembuatannya juga praktis, dan harganya terjangkau.
Baca juga:
Di tengah pembatasan pembelian minyak goreng, rasanya petuah orang tua agar mengurangi konsumsi gorengan semakin aktual. Nasihat tersebut memang bukan sekadar mitos. Selain faktor ekonomis, mengurangi konsumsi gorengan juga baik bagi kesehatan.
Apalagi minyak goreng digunakan berkali-kali demi mengirit pengeluaran. Minyak digunakan berulang menyebabkan munculnya senyawa akrolein bisa memicu peradangan tenggorokan dan menyebabkan rasa gatal menyiksa.

Maka, makan goreng-gorengan terlalu banyak bisa menyebabkan batuk serta memperparah kondisi batuk.
Ketika menggoreng, minyak sangat panas juga bisa menimbulkan lemak trans tinggi sehingga membuat makanan sulit untuk dipecah-pecah oleh tubuh. Lemak trans berlebihan juga berkaitan dengan meningkatnya risiko berbagai penyakit, seperti gangguan jantung, kanker, diabetes, dan obesitas.
Demi gaya hidup lebih sehat dan ramah kantong, kamu juga bisa memilih untuk meninggalkan goreng-gorengan. Caranya mudah, kamu bisa menggunakan metode memasak lainnya seperti merebus dan mengukus.
Dikutip dari Healthline, kedua teknik memasak ini paling sehat karena menggunakan api kecil untuk memasak daging dan sayur-sayuran tanpa membutuhkan minyak, margarin, atau butter.

Ahli gizi di USDA Center for Nutrition Policy and Promotion, Tricia Psota, PhD juga mengatakan kepada Health teknik masak merebus dan mengukus sangat cocok untuk kamu sedang menurunkan atau menjaga berat badan.
Meski begitu, kamu bisa memilih untuk mengukus ketimbang merebus ketika ingin memasak sayuran. Beberapa kandungan nutrisi dalam sayur seperti karotenoid dan fitokimia bisa terlarut dalam air jika sayuran direbus. Maka, olah makanan dengan teknik mengukus untuk mempertahankan berbagai nutrisi termasuk vitamin B dan C. (Shn)
Baca Juga: