Peluang Kecil Gatot Nurmantyo Ditengah Masifnya Dukungan Relawan

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Senin, 23 April 2018
Peluang Kecil Gatot Nurmantyo Ditengah Masifnya Dukungan Relawan
Jenderal Gatot Nurmantyo saat menjabat Panglima TNI bersama Prabowo Subianto (kanan) dan Jenderal (Pur) Tri Sutrisno yang juga mantan Wakil Presiden Indonesia. (Facebook/Prabowo Subianto)

Merahputih.com - Mencuatnya nama Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo dalam bursa calon presiden menambah hangat pilpres 2019. Nama Gatot hadir menjadi alternatif ditengah panasnya persaingan Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Peluang Gatot bertarung di kontestasi demokrasi lima tahunan sangat kecil. Mengingat, sampai saat ini belum ada satu pun partai politik yang menyatakan dukungannya terhadap mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu.

“Untuk menjadi calon Presiden dan wakil Presiden perlu dukungan gabungan partai politik 20 persen Jadi jangan sampai hanya menggebu-gebu menjadi Capres-Cawapres tapi tanpa ada dukungan dari partai politik,” kata Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada MerahPutih.com, Minggu (22/4).

Padahal, Sejumlah relawan telah bergerak masif mendeklarasikan diri untuk Gatot dalam Pilpres. Di Kabupaten Karawang contohnya.

Dalam waktu dekat, sekelompok masyarakat Kabupaten Karawang, Jawa Barat, segera mendeklarasikan Relawan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat sebagai bentuk dukungan kepada mantan Panglima TNI itu untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Saat ini, mereka sedang dalam proses persiapan. "Kami akan mendeklarasikan Relawan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat Pangkal Perjuangan," kata Solehudin, Ketua Presidium Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (GNR) Pangkal Perjuangan dikutip Antara.

Relawan Jagad usai deklarasikan Gatot Nurmantyo. Foto: MP/Win

Deklarasi relawan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat itu akan segera dilakukan karena hingga kini sudah cukup banyak desakan dari berbagai kalangan masyarakat. Banyak masyarakat Karawang yang mempertanyakan mengenai rencana deklarasi Relawan Gatot Nurmantyo.

Deklarasi itu murni gerakan dari masyarakat yang menginginkan Gatot Nurmantyo maju pada Pilpres 2019 untuk mencalonkan presiden.

Relawan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat Pangkal Perjuangan itu berasal dari berbagai elemen masyarakat di Jawa Barat, khususnya Karawang, Bekasi, dan Purwakarta. Ada dari kelompok pemuda, buruh, tani, santri hingga tenaga pendidikan. Mereka semua secara sukarela siap mendukung dan meminta Gatot mencalonkan presiden pada Pilpres nanti.

"Kami belum pernah bertemu dengan Pak Gatot Nurmantyo. Selama ini kami hanya melihat beliau di televisi saja," kata Solehudin.

Menunggu Blunder Jokowi

Sementara, wacana Partai Gerindra akan mengusung Gatot, ketimbang sang ketua umum Prabowo Subianto juga sulit direalisasikan. Pasalnya, dalam Pemilu serentak 2019 Gerindra masih membutuhkan figure Prabowo untuk mengkatrol suara partai.

“Ketika Prabowo tidak nyalon, lalu Gerindra usung Gatot, Gatot harus bisa mengangkat suara Gerindra. Persoalannya elektabilitas (Gatot) pun dibawah Pak Prabowo,” sambung Ujang.

Gatot Nurmantyo (tengah) dan Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid (kedua kanan) saat diskusi yang digelar oleh Fraksi PKS DPR di Kompleks Parlemen. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Jika pun Gerindra mengusung Gatot untuk bertarung melawan Jokowi kemungkinan menangnya sangat kecil karena Jokowi merupakan calon incumbent sehingga memiliki sumber daya yang luar biasa. Mengingat, seluruh infrastuktur pemerintahan masih dalam genggamannya.

Tak hanya itu, calon incumben selalu menjadi magnet politik nasional. Dengan sumber daya luar biasa yang dimilikinya, membuat setiap orang maupun kelompok yang berkepentingan berusaha merapat dengan kekuasaan.

“Sebenarnya melawan incumben itu berat. Pak Gatot bisa saja diajukan melawan Pak Jokowi, tapi sulit menang juga. Kecuali jika Pak Jokowinya suatu ketika melakukan hal-hal blunder. Jadi agak berat kalau Gerindra memasang Gatot, karena Gerindra adalah Pak Prabowo dan Prabowo adalah Gerindra,” tuturnya.

Menakar Peluang Gatot

Berdasarkan survey Alvara yang dirilis beberapa waktu lalu, mayoritas responden menyatakan setuju jika dalam Pilres 2019 Jokowi berpasangan dengan Gatot Nurmantyo. Namun, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini memprediksi mantan Gubernur DKI Jakarta itu tak akan menggandeng Gatot menjadi wakilnya.

“Pak Jokowi tidak akan mau, karena ada kemarahan pak Jokowi kepada Gatot karena dianggap tidak mampu mengamankan hingar bingar aksi 212. Tidak mungkin orang yang sudah diganti, anak buahnya sudah diganti diangkat kembali lalu diangkatlah menjadi Cawapres. Dan nanti menjadi ancaman ketika menjadi Cawapres. Ketika nanti misalkan Pak Jokowi dan Gatot menang, itu bisa jadi ada matahari kembar,” pungkas Ujang.

Pendapat lain dikemukakan pengamat politik Said Salahudin. Menurut dia, peluang Gatot maju sebagai cawapres mendampingi Jokowi bisa sangat terbuka lebar. Hal itu bisa terjadi, jika Prabowo memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya.

Peluang Gatot terbuka karena memiliki karakter yang dekat dengan Prabowo. Selain itu, lulusan Akademi Militer tahun 1982 itu juga dikenal dekat dengan kelompok Islam. “Kalau Prabowo berpasangan dengan Muhaimin, di sinilah Jokowi mempertimbangkan Gatot. Dia bisa menjadi penyeimbang,” ujar Said.

Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini menambahkan, Gatot bisa memecah kecenderungan pemilih yang diperkirakan akan mendukung Prabowo-Muhaimin.

Pertama, kelompok yang memilih Prabowo karena menyukai figur militer. Kemudian, lanjutnya, pemilih yang kemungkinan memilih Prabowo-Muhaimin karena keyakinan representasi kelompok Islam.

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. (ANTARA FOTO/Wahyudi)

“Jadi intinya, Jokowi butuh figur yang juga dekat dengan kelompok Islam. Karena itu nama Gatot menurut saya sangat berpeluang,” jelas Said.

Tapi, Gatot bukan satu-satunya solusi bagi Jokowi jika Prabowo-Muhaimin berpasangan. Namun jika mengambil nama lain, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu perlu bekerja lebih keras lagi untuk meyakinkan umat Islam.

“Saya kira jika Jokowi juga berhasil memengaruhi tokoh agama yang didekati, dukungan kelompok Islam ke Jokowi juga akan signifikan di Pilpres 2019 nanti,” pungkas Said.

Pendapat yang sama juga disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari. Dia menilai Gatot justru paling mungkin menjadi cawapres pendamping Jokowi. Menurut dia, Gatot kurang cocok disandingkan dengan Prabowo karena berasal dari segmen yang sama, yakni militer.

"Gatot Nurmantyo paling mungkin menjadi cawapresnya Jokowi, bukan Prabowo. Kalau dengan Prabowo, ya sama segmennya, sama-sama dari militer dan sama-sama Islam modernis," kata Qodari. (Pon)

#Prabowo Subianto #Jokowi #Gatot Nurmantyo #Pilpres 2019
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan