PDIP Soroti Biaya Formula E di Jakarta yang Lebih Mahal Dua Kali Lipat dari Hongkong
MerahPutih.com - Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menyoroti dana yang dikeluarkan oleh Pemprov DKI dalam perhelatan Formula E yang dinilai terlalu besar.
Menurut dia, pembiayaan mobil balap berenergi listrik di Jakarta itu dua kali lipat dari dana yang dikeluarkan pemerintah Hongkong ketika menghelat kegiatan serupa.
Baca Juga:
PSI Sebut Setneg Plin Plan Soal Perizinan Formula E di Jakarta
Diketahui, Pemprov DKI mengucurkan dana anggaran sebesar Rp1,16 triliun. Sedangkan, pemerintah Hongkong dengan kurs yang sama cuma mengeluarkan dana HKD250-300 juta atau sekitara Rp540 miliar.
"Apa dasar biaya penyelenggaraan Formula E di Jakarta membengkak dua kali lipat dari luar negeri?," ujar Gilbert melalui keterangan tertulisnya Selasa (11/2).
Biaya yang meningkat dua kali lipat ini jadi pertanyaan besar bagi Gilbert. Mengingat, lanjut dia, bahan baku yang digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana berasal dari Indonesia.
"Apa yang membedakan biaya penyelenggaraan di Jakarta dua kali lipat biaya di Hongkong? Sementara bahan untuk membangun ada di Indonesia," paparnya.
Kemudian Gilbert kembali membandingkan gelaran Formula E di Montreal, Kanada 2016-2017 yang ia sebut merugi. Lalu, Moskow yang juga menghelat mobil balap bertaraf internasional itu selama dua hari terpaksa membatalkan kegiatan karena khawatir dampak kemacetan yang terjadi karena harus menutup jalanan protokol.
"Jakarta sebagai salah satu kota termacet di dunia akan mengalami dampak kemacetan luar biasa selama dua hari," tutur Gilbert.
Baca Juga:
Fraksi Golkar Minta Pemprov DKI Tancap Gas Persiapkan Perhelatan Formula E
Ia juga menyoroti terkait ketidakjelasan leading sector untuk kegiatan tersebut. Sebab dana terbesar dipegang oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpo) yang punya bisnis utama di sektor infrastruktur.
Hal ini berbanding terbalik dengan target penyelenggaraan Formula E yang fokus pada mendongkrak jumlah turis datang ke Jakarta.
"Dari besaran anggaran tidak bisa dengan jelas ditangkap mana yang jadi leading sector untuk kegiatan ini. Karena dana paling besar dipegang Jakarta Propertindo yang bisnis utamanya infrastruktur, padahal target adalah menaikkan jumlah turis (Dinas Pariwisata) ke Jakarta atau Indonesia," tutup dia. (Asp)
Baca Juga:
Anies Bertemu Presiden Jokowi Bahas Lanjutan Balapan Formula E di Monas