MerahPutih.com - Pernyataan mantan Panglima TNI (Purn) Gatot Nurmantyo belakangan ini dianggap Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan yang juga alumni GMNI Wanto Sugito berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
"Saya prihatin dengan langkah politik yang dilakukan oleh Pak Gatot Nurmantyo. Pak Gatot dengan segala hormat, kami menyesalkan berbagai pernyataan Bapak yang terus saja memecah belah bangsa, dengan membangkitkan trauma 1965," ujar Wanto Sugito dalam keterangannya, Rabu (23/9).
Menurut pria yang akrab disapa Klutuk oleh kalangan aktivis reformasi 98 ini, ketika Megawati Soekarnoputri menjadi presiden, tidak ada dendam pada Soeharto dan kroninya.
Baca Juga:
[HOAKS atau FAKTA]: Jika Jadi Presiden, Gatot Nurmantyo Bakal Gaji Rp5 Juta Seluruh Rakyat
"Bahkan 14 gubernur dari daerah penting diambil dari TNI karena kedepankan rekonsiliasi. Kemudian Bung Karno proklamator bangsa, selalu ada Bung Karno di dalam setiap perumusan dasar negara. Jadi PDI Perjuangan sangat kokoh di dalam memegang dan menjalankan falsafah bangsa Pancasila," ujarnya
Dia menambahkan, rakyat juga mencatat bagaimana tuduhan Gatot terkait ada kekuatan besar PKI yang berada di balik penghentian pemutaran film G30S/PKI, program pelurusan sejarah, termasuk sikap TAP MPRS no XXXIII tahun 1967 ternyata tanpa bukti.
"Di balik tuduhan tidak mendasar itu, ada tokoh-tokoh besar seperti Letjen TNI Purn Muhammad Yunus Yosfiah, Prof Dr Juwono Sudarsono dan Presiden Habibie di mana pemerintahannya tidak mewajibkan kembali pemutaran film G30S/PKI," katanya.

Wanto melanjutkan, demikian halnya dengan Presiden Gus Dur yang menyampaikan sikapnya atas TAP MPRS no 33 tersebut.
Jadi secara tidak langsung, kata dia, Gatot menuduh beliau-beliau tersebut adalah PKI. Menurut Wanto, pernyataan tendensius penuh ambisi politik itu tidak layak disampaikan oleh Gatot.
"Untung ada bang Usman Hamid dari aktivis Kontras yang mematahkan seluruh argumentasi tidak benar tersebut. Saya jadi membandingkan, bagaimana Panglima Besar Jenderal Sudirman selalu mengobarkan nasionalisme, persatuan nasional, dan juga juga kehebatan sejarah masa lalu yang hebat," tukas Wanto.
Baca Juga:
[HOAKS atau FAKTA] Gatot Nurmantyo Janji Bakal Gaji Seluruh Rakyat Indonesia Jika Jadi Presiden
Katanya, kepemimpinan Jenderal Sudirman itu selalu menyatukan. Rakyat makin cerdas melihat mana pemimpin yang menyatukan dan mana yang memanfaatkan tragedi masa lalu untuk kepentingan politik praktisnya.
"Pak Gatot mohon maaf, bukankah Bapak masih terikat pada Sumpah Sapta Marga? Alangkah baiknya jika Bapak meneladani kepemimpinan Panglima Besar Sudirman daripada membuat pernyataan yang bernada menghasut," tegas dia.
Wanto yang juga aktivis mahasiswa 98 lulusan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini mengingatkan Gatot bahwa belakangan yang telah diutarakan soal kebangkitan PKI hanya membuat gaduh dan fitnah.
"Wal fitnatu asyaddu minal qotli. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan," tutupnya. (Pon)
Baca Juga: