Paskah, COVID-19 dan Dosa Ekologis Manusia

Andika PratamaAndika Pratama - Minggu, 12 April 2020
Paskah, COVID-19 dan Dosa Ekologis Manusia
Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo. (Humas Keuskupan Agung Jakarta)

MerahPutih.com - Uskup Ignatius Kardinal Suharyo berharap dalam momen Paskah 2020 ini Tuhan yang bangkit menjadi kekuatan bagi umat manusia untuk melangkah maju akan masa depan yang lebih baik.

Menurut Suharyo, dalam lilin Paskah 2020 pesannya jelas, yaitu agar perayaan Paskah terus berarti, bermakna dan relevan, khususnya pada tahun ketika Paskah itu dirayakan terutama di tengah Pandemi COVID-19 ini.

Baca Juga

Bek Asing Persik Kediri Ungkap Kebobrokan Pemerintah Indonesia soal COVID-19

Ia mencontohkan salah satu pendapat yang menyebut pandemi itu adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam.

"Dalam bahasa Iman wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis. Yang dimaksudkan kira-kira wabah muncul karenamanusia telah merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan alam itu membuat alam tidak seimbang lagi dan ini mempunyai akibat yang sangat luas dan beragam," kata Suharyo dalam keterangannya, Minggu (11/4).

Suharyo mencontohkannya seperti pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori semua elemen alam di darat, di laut, maupun di udara, dan munculnya berbagai macam penyakit baru.

"Ketidakseimbangan alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula. Imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah," jelas Ignatius.

Ia melihat, seharusnya alam memiliki caranya sendiri untuk meredam wabah. Tetapi ketika nafsu keserakahan dan kesombongan manusia telah merusak alam, wabah tidak terbendung.

corona
Ilustrasi COVID-19. Foto: Net

Suharyo menjelaskan, semua pihak terlibat di dalam dosa terhadap harmoni alam yang telah diciptakan oleh Allah sebagai semua baik dan amat baik adanya.

"Itulah yang disebut, sekali lagi, dosa ekologis," terang Suharyo.

Uskup Agung Jakarta ini meyakini, pandemi menurut pendapat ini adalah isyarat alamiah, bahwa manusia telah mengingkari jati dirinya sebagai citra Allah yang bertugas untuk menjaga harmoni alam, bukan merusaknya.

"Itu menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh, yang tidak mungkin bertahan jika alam ciptaan lainnya dihancurkan;" jelas Suharyo.

Ignatius mengajak umat bersyukur karena di tengah-tengah pandemi wabah virus Corona ini, ada sekelompok orang yang menunjukkan kerelaan berkorban, solidaritas yang dahsyat dalam berbagai macam bentuknya.

Dalam bahasa Iman adalah tumbuhnya kerelaan berkorban, tumbuhnya solidaritas adalah Paskah yang nyata.

Baca Juga

Update COVID-19 Minggu (12/4): 4.241 Kasus Positif, 373 Meninggal Dunia

"Semoga semua yang baik, tidak berhenti ketika nanti wabah ini lewat. Memulihkan alam yang rusak, merawat dan menjaganya sebagai Ibu Bumi, rahim kehidupan yang sejahtera," terang Suharyo.

"Selamat Paskah dan moga-moga Tuhan yang bangkit menguatkan kita dalam niat-niat baik kita," tutup dia. (Knu)

#Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) #Hari Paskah
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan