APA hubungannya pasar tradisional dan sastra? Sekilas mungkin tak ada. Namun jika menilik lebih dalam, pasar tradisional telah menjadi salah satu inspirasi bagi banyak pengarang untuk menganggit sejumlah karya sastra. Entah itu novel, puisi, atau cerpen. Sebut saja novel terkenal karya Kuntowijoyo, penulis sekaligus cendekiawan asal Yogyakarta, berjudul Pasar.
Aktivitas orang di pasar tradisional menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya bagi para pengarang. Bayangkan bagaimana menariknya mengangkat kehidupan para pedagang, petugas, dan kuli gendong di pasar tradisional. Apalagi jika pasar tradisional itu punya sejarah panjang, seperti Pasar Beringharjo di Yogyakarta.
Pasar tradisional dan sastra menjadi bertaut. Pasar tradisional menjadi sumber inspirasi. Dan sebaliknya, sastra pun bisa dinikmati oleh para pelaku pasar tradisional mengingat sastra sebenarnya mengangkat hal-hal keseharian yang dekat dengan kehidupan mereka.
Langkah semacam itu dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Mereka memilih Pasar Beringharjo sebagai lokasi penyelenggaraan Festival Sastra Yogyakarta 2022 untuk mengenalkan karya sastra ke kelompok yang lebih luas, khususnya karya perempuan.
Baca juga:

Festival Sastra di Pasar Beringharjo digelar pada Rabu (9/11) dan diberi tajuk "Sastrastri" yang mengangkat keterlibatan perempuan dalam dunia sastra, termasuk isu perempuan, profesi perempuan, dan posisi perempuan di dunia sastra.
“Sastra bisa dikatakan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Tidak harus berwujud tulisan tetapi bisa juga lisan,” kata Penulis Ramayda Akmal saat menjadi pembicara di "Sastrastri", seperti dilaporkan Antara (9/11)
Sastra lisan bisa berwujud cerita, dongeng, dan gosip.
Festival juga menampilkan pembacaan puisi dengan tema "Wanita Jawa" yang dilakukan oleh 10 buruh gendong. Sulbiyo, salah satu buruh gendong, mengatakan berlatih dua kali untuk penampilan mereka di "Sastrastri".
Perempuan berusia 68 tahun yang sudah menjalani pekerjaan sebagai buruh gendong sejak berusia 17 tahun tersebut mengaku baru pertama kali tampil membaca puisi. “Karena sudah berlatih, jadi harus percaya diri saat baca puisi,” katanya dengan mantap.
Baca juga:

Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, mengatakan "Sastrastri" merupakan kegiatan yang melibatkan perempuan dari berbagai latar belakang untuk saling memahami eksistensi perempuan dari berbagai sudut pandang.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap para perempuan dari berbagai latar belakang ini bisa saling memberikan inspirasi,” katanya.
Keterlibatan buruh gendong merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa pekerja tersebut adalah representasi nyata dari emansipasi perempuan di masa sekarang. “Meskipun harus menggendong beban puluhan kilo, tetapi para perempuan ini tetap mampu melakukannya. Kekuatan yang identik dengan pria ternyata dimiliki oleh para buruh gendong,” ungkapnya.
Yetti mengatakan buruh gendong bisa disebut sebagai anomali di masyarakat yang masih melihat perempuan sebatas “kanca wingking” atau teman di belakang yang memosisikan perempuan lebih rendah daripada lelaki.
Penyelenggaraan Festival Sastra Yogyakarta 2022 akan berlangsung hingga Minggu (13/11) dengan beragam kegiatan yang diselenggarakan di berbagai lokasi, seperti museum, toko buku, dan kereta api.
Pemilihan lokasi penyelenggaraan Festival Sastra diharapkan menciptakan suatu romansa di Kota Yogyakarta dan menjadi obat kerinduan agar selalu memiliki alasan untuk kembali ke kota tersebut. (kna)
Baca juga: