KUALITAS hubungan adalah kualitas hidup. Semakin harmonis hubungan dengan pasangan maka semakin berkualitas pula kehidupan kita.
Namun, bukan berarti tak pernah ada konflik pada setiap hubungan. Ada kebingungan yang muncul tentang apa yang mendorong konflik dan bagaimana mencegahnya.
Baca juga:
4 Tips Menaklukkan Hati Laki-Laki Pendiam, Bisa Dicoba Nih Ladies!
Sayangnya hal ini dapat menyebabkan lebih banyak pertengkaran. "Kami berdebat tentang hal-hal bodoh," ujar seseorang.
Tampaknya ini bisa terjadi pada siapapun. Banyak pasangan yang berdebat untuk hal-hal yang cenderung sepele. Ada lebih banyak hal yang sebenarnya diperdebatkan oleh pasangan daripada apa yang terlihat, terutama untuk pasangan itu sendiri.

Misalnya saja pasangan suami istri berantem jika salah satu pasangan lupa mematikan lampu atau lupa menyapu rumah. "Sebagai terapis yang berfokus pada emosi, saya memandang inti konflik hubungan sebagai protes terhadap pemutusan hubungan," ujar psikolog Pakar Hubungan dan Pengelolaan Trauma, Jason N Linder PsyD.
Dirinya menjelaskan khususnya pada pasangan romantis, pertukaran yang bermuatan emosional dapat berkembang begitu cepat dan menjadi sangat kacau. Dengan begitu, terlalu mudah untuk melewatkan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana reaksi pasangan bisa berbeda.
"Mereka bisa menjadi sangat menyusahkan, sampai kamu merasa seperti berjuang keras sendiri," tuturnya.
Menurut Linder, pertengkaran sebenarnya adalah tentang keamanan emosional dalam suatu hubungan. Dalam hal ini solusi hubungan adalah sensitivitas emosional, aksesibilitas, dan daya tanggap. Hal ini mengarah pada penerimaan perasaan menyakitkan.
"Perdebatan seharusnya menjadi ajang bagi pasangan untuk belajar menjadi satu tim," saran Linder.
Baca juga:
Pasangan harus membuat kedekatan yang mengikat secara emosional alih-alih terjebak dari siklus negatif mereka. Argumen sebenarnya membatasi pola respons yang saling menguatkan yang macet di mana ikatan keterikatan mereka merasa terancam.

"Hubungan gagal bukan karena meningkatnya konflik tetapi kurangnya koneksi, penurunan kasih sayang, dan berkurangnya respon emosional karena tanggapan pasangan yang terjebak dalam siklus negatif mereka," urainya.
Pasangan perlu melihat lebih dekat apa yang ada di balik argumen mereka dan memicu pola negatif. Apa yang menghalangi perasaan yang mendasari?
Pasangan perlu belajar untuk menjangkau satu sama lain dengan perasaan seperti kesedihan tentang pemutusan hubungan, perasaan gagal atau tidak mampu, atau ketakutan akan penolakan.
"Konseling hubungan bisa mulai dilakukan jika pola komunikasi kedua belah pihak tidak menemukan kata sepakat," imbuhnya.
Kamu yang belum pernah mengikuti konseling mungkin gugup. Tapi, memulai terapi mungkin dapat menyelamatkan hubungan dan mengubah hidup. Terlalu banyak pasangan yang terlambat memulai terapi hingga tujuh tahun lebih. (avia)
Baca juga:
Cinta Pertama Tak Bisa Langgeng? 5 Selebritas Dunia Ini Patahkan Mitos soal Asmara