BALI kini mulai beralih meninggalkan tiga S (sun, sea, and sand atau matahari, laut, dan pasir). Pemerintah, menurut Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, telah mengembangkan wisata spiritual untuk memikat wisatawan mancanegara datang dan berlama-lama menetap di Pulau Dewata. Selain wisata spiritual, juga dikembangkan wisata ekologis, dan wisata keolahragaan.
“Dulu, tiga S. Kami beralih pada ketenangan, spiritualitas, dan keberlanjutan. Dengan cara ini kami mendapatkan kualitas lebih baik dan dampak lebih baik bagi ekonomi lokal,” kata Sandiaga Uno kepada Yvonne Man dan Rishaad Salamat dari Bloomberg Television.
Baca juga:
Kemenparekraf Dukung Desainer Indonesia di London Design Biennale
Bali menjadi salah satu daerah paling terdampak pandemi karena saat diberlakukannya pembatasan sosial dengan pelbagai istilah jumlah wisatawan berkurang drastis. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali, mengutip data BPS, turun hingga 99,99 persen dari semula sebanyak 552.403 di bulan Desember 2019 menjadi hanya 22 orang saja di bulan Agustus 2020.
Jumlah penumpang pesawat rute internasional tiba di Indonesia berkurang tajam dari 1,5 juta orang pada Desember 2019, turun menjadi 450 ribu atau 1,15 juta orang pada Januari 2020. Jumlah ini bahkan lebih rendah 15 persen dibandingkan Januari 2019.

Secara historis, mengutip data LPEM FEB UI, jumlah kedatangan wisatawan asing di bulan Februari sebelum pandemi umumnya mengalami penurunan sekitar 200 ribu orang dari akhir tahun sebelumnya. Namun, pada Februari 2020 saat pandemi wisatawan asing turun hingga 500 ribu orang dari Desember 2019.
Imbas merosotnya jumlah wisatawan tersebut, tingkat okupansi hotel di Bali pun menurun tajam dari 63 persen di Desember 2019 menjadi 46 persen di Februari 2020. Jumlah tersebut jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat okupansi di Februari 2019 mencapai 56 persen.
Baca juga:
Kemenparekraf Ajak Musisi Berkarya dengan Inspirasi Budaya Indonesia
Sebelum pandemi, ekonomi Bali berjalan cukup baik dengan catatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,63 persen (yoy) di tahun 2019, lebih tinggi daripada nasional sebesar 5,02 persen (yoy).
Kini, mengingat kasus harian COVID-19 sudah menurun, pemerintah telah membuka akses bagi wisatawan mancanegara untuk menikmati wisata di seluruh tempat di Indonesia, termasuk Bali.

Kedatangan wisatawan mancanegara pun melonjak 500 persen menjadi 111.000 pada April, atau menjadi penghitungan bulanan tertinggi sejak pandemi. Saat wisata mulai kembali menggeliat, menurut Sandiaga, memantapkan kembali program visa jangka panjang bagi pelancong terutama pekerja jarak jauh atau pengembara digital agar dapat tinggal lebih lama selama lima tahun di Indonesia merupakan jalan terbaik.
“Sekarang dengan penanganan pandemi dan semua kementerian terlibat dan bekerja sama dari sisi kesehatan ke kantor imigrasi, kami percaya ini jadi waktu paling tepat untuk meluncurkan kembali ide ini,” kata Sandiaga.
Pemrosesan visa jangka panjang nan disederhanakan, sambungnya, akan membuat penerbangan menjadi lebih sering sehingga membantu memikat karyawan global nan perusahaannya mempersilakan mereka bekerja dari mana saja untuk menetap di lokasi wisata favorit.

Sekitar 95 persen dari pengembara digital atau karyawan bekerja dari mana saja, lanjutnya, ketika disurvei mengatakan Indonesia khususnya Bali jadi tujuan “top of mind” mereka untuk pekerjaan jarak jauh.
Sandiaga menaksir akan ada 3,6 juta pelancong asing kembali ke Indonesia setelah pembatasan sosial dilonggarkan, sehingga membantu menciptakan lebih dari 1 juta pekerjaan. (*)
Baca juga:
Kemenparekraf Lakukan Persiapan Pemulihan Pariwisata Indonesia