MerahPutih.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dan Para Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers/AEM) menggelar pertemuan AEM Special Meeting di Jimbaran, Bali, Rabu (18/5).
Mendag menyampaikan, optimismenya perekonomian ASEAN akan kembali ke kondisi sebelum pandemi. Dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan mencapai 4,9 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023.
Baca Juga:
Indonesia Dorong Pengumpulan Dana Darurat ASEAN Buat Hadapi Pandemi
Meski demikian, ASEAN harus siap dan waspada terhadap berbagai dinamika global yang dapat berkembang di masa depan. Implementasi dari ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF) perlu dipercepat.
Mendag menyampaikan pentingnya mempercepat implementasi secara penuh dan efektif dari persetujuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sebagai kontributor pemulihan ekonomi dari pandemi.
Pertemuan ini juga memberi arahan terkait isu-isu perubahan iklim dan menjadi wujud upaya komitmen Paris Agreement Under the United Nations Framework Convention on Climate Change.
"Indonesia menekankan komitmennya untuk segera mengimplementasikan RCEP dan menyambut baik soliditas ASEAN dalam menghadapi berbagai isu regional dan global yang berkembang saat ini," ucapnya.
Ia mengatakan, kebijakan terkait lingkungan yang dikeluarkan secara unilateral yang berpotensi menjadi hambatan perdagangan. Sehingga ASEAN perlu mencari langkah kolektif agar agenda terkait lingkungan dan ekonomi dapat berjalan secara berkesinambungan.
Menanggapi keinginan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk meningkatkan kerja sama dengan kawasan Indo–Pasifik, para Menteri Ekonomi ASEAN menyampaikan pentingnya sentralitas ASEAN dalam membangun arsitektur kawasan yang lebih luas.

Ia menegaskan, Presiden Jokowi dalam KTT AS-ASEAN minggu lalu, memaparkan pentingnya menjadikan dokumen ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) sebagai acuan kerja sama ASEAN ke depan.
"AOIP adalah sikap resmi ASEAN untuk membuka seluas-luasnya peluang kerjasama perekonomian dengan kawasan manapun selama dilakukan dengan terbuka dan inklusif," katanya.
Ia menegaskan, sudah menjadi karakter utama ASEAN yang selalu mendorong kolaborasi yang bermanfaat dibandingkan persaingan yang sehat.
"Apalagi rivalitas yang ujungnya hanya mempertajam perbedaan dan membuka potensi konflik," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Sertifikat Vaksin Indonesia Berlaku di Seluruh ASEAN