PANDEMI yang menyerang seluruh belahan Bumi beberapa waktu terakhir membawa dampak besar bagi semua orang. Tak terkecuali mereka yang berkecimpung di industri fesyen. Bisa dikatakan bahwa sektor ini mengalami dampak cukup parah dari pandemi COVID-19.
Di masa sulit seperti saat ini, orang-orang tidak lagi memedulikan penampilan. Fashion seolah terabaikan. "Kami sadar di keadaan seperti ini tidak semua orang punya bujet yang dialokasikan untuk fesyen," ujar desainer Monique Soeriaatmadja.
BACA JUGA:
Di masa sekarang ketika orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, pilihan pakaian pun menjadi lebih terbatas. Pemilik label Nadjani, Nadya Nizar, juga mengeluhkan hal itu. "Kalau biasanya kita buat koleksi untuk pakaian pesta, pakaian kerja, pakaian santai, sekarang hanya satu yang bisa dipakai di berbagai momen. Ini tantangan besar," urainya.
Kendati demikian, para desainer Indonesia tak patah arang. Mereka menolak menyerah dan berusaha survive di situasi sulit seperti saat ini. Desainer WRNG, Noviana mengatakan bahwa ia memikirkan produk apa yang paling dibutuhkan fashionista selain pakaian di masa pandemi. "Produk yang dibutuhkan di situasi seperti saat ini misalnya tas berukuran besar. Sebelum beraktivitas orang-orang bawa banyak persiapan misalnya bawa perlengkapan ibadah sendiri atau perlengkapan kebersihan," jelasnya.
Langkah yang paling berani dilakukan oleh Jenahara Nasution. Di masa pandemi ini, pemilik label Jenahara tersebut justru membuka toko offlinenya sendiri di Kota Kasablanka. "Buka toko di saat sekarang adalah keputusan paling nekat tetapi harus dilakukan. Menyerah bukan prinsip hidup tetapi bertahan dan mencoba bangkit adalah semangat yang ingin aku tuang," tulis perempuan yang akrab disapa Jehan tersebut di akun sosial media miliknya.
"Aku punya banyak tim. Kalau terlalu hanyut dalam pikiran negatif justru tidak akan maju-maju," ujarnya dalam konferensi pers virtual Jakarta Fashion Week 2021.
Ia berharap jika langkah beraninya tersebut menginspirasi desainer lain yang terpuruk karena COVID-19. "Mudah-mudahan ini bisa menjadi movement untuk desainer lainnya," harapnya.
Selain Jenahara, desainer lain yang tetap bangkit di masa sulit adalah tim dari Barli Asmara. Bukan hanya harus struggle di masa pandemi, timnya juga harus bertahan karena kehilangan sang nahkoda, Barli. Barli Asmara menghembuskan napas terakhirnya beberapa bulan lalu di Bali.
Kendati demikian, timnya berhasil bertahan karena menyerap spirit dari Barli. "Semangat dan sistem yang dibangun Barli itu akan terus kita lanjutkan," ungkap perwakilan Barli Asmara, Leslie Tobing.
Selama pandemi tim Barli masih bisa bertahan. Leslie mengungkapkan bahwa 2021 justru menjadi tahun paling produktif. "Dari Januari sampai sekarang sudah ada 10 koleksi. Ada juga yg kolaborasi," tutur Leslie.(Avia)