TIDAK ada cara yang baik untuk mengakhiri suatu hubungan. Bagaimanapun, penelitian psikologis menunjukkan bahwa beberapa strategi pemutusan hubungan percintaan lebih menyakitkan daripada yang lain.
Sebuah studi baru-baru ini oleh para peneliti di California Polytechnic State University, meneliti fenomena yang muncul dari ghosting, strategi pemutusan hubungan yang tiba-tiba dan tidak langsung yang melibatkan penghentian total komunikasi dari satu pihak dalam hubungan.
Para peneliti menemukan bahwa pengalaman ghosting menimbulkan dampak psikologis yang berat pada orang yang ditinggalkan, membuat mereka enggan memulai hubungan romantis baru karena ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut.
“Dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat saat ini, kita memiliki akses yang hampir tidak terbatas ke jumlah orang yang juga tidak terbatas. Ini membuat pasangan potensial dengan mudah tergantikan dan tukang ghosting jadi memiliki tingkat keamanan dan anonimitas tertentu,” kata Katherine Holmes, penulis utama makalah tersebut.
Berbicara tentang inspirasinya untuk penelitian ini, Holmes berbagi, “Kami terinspirasi untuk mempelajari ghosting tidak hanya oleh pengalaman pribadi kami dengannya dan relevansinya yang meningkat untuk semua kelompok umur, tetapi kemungkinan efeknya pada orang muda dan kualitas hubungan masa depan mereka dan pengalaman berkencan.”
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengalaman tersebut, penulis melakukan wawancara dengan 21 orang dewasa muda yang pernah menjadi korban ghosting.
Baca juga:
Definisi ghosting

Mereka mengidentifikasi empat tema besar yang mendefinisikan pengalaman menjadi ghosting:
Kebingungan: Banyak korban ghosting merasa bingung ketika mereka berjuang untuk memahami siapa yang bertanggung jawab atas putusnya hubungan.
Mereka mengalami tarik ulur mental di mana mereka mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan 'mengapa' dan, kadang-kadang, akhirnya mendevaluasi diri mereka sendiri dalam proses tersebut. "Apakah saya melakukan sesuatu yang salah?" adalah pertanyaan yang menghantui dan menjadikannya pengalaman traumatis.
Pembenaran: Tukang ghosting mencoba mencari pembenaran mengapa hubungan itu berakhir. Meskipun hal itu bersifat melindungi diri sendiri, perilaku itu dapat mencegah mereka berduka karena kehilangan pasangan potensial. Perasaan mereka yang sebenarnya, seperti kekecewaan dan kesedihan, ditekan.
Menghindari kerentanan di masa depan: Mungkin konsekuensi paling menjengkelkan dari tukang ghosting adalah menghindari kerentanan di masa depan. Sementara korbannya, menjadi lebih ragu-ragu untuk menjalani hubungan romantis baru.
Kontribusi teknologi: Korban ghosting menyebutkan bahwa aplikasi kencan daring membuat perilaku tersebut lebih mudah dan hampir tanpa konsekuensi. Dengan anonimitas saat komunikasi daring, tukang ghosting tidak harus menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.
Baca juga:
Karakteristik dan kepribadian pelaku ghosting

Para peneliti menunjukkan bahwa karakteristik kepribadian tertentu membuat seseorang lebih cenderung melakukan ghosting. "Kehadiran ciri-ciri kepribadian Dark Triad (narsisme, psikopati, dan Machiavellianisme) dan gaya keterikatan penghindaran dapat menjelaskan kemungkinan perilaku ghosting," kata Holmes seperti diberitakan Psychology Today (6/10).
Faktor lain yang meningkatkan kemungkinan seseorang menggunakan ghosting sebagai strategi pemutusan hubungan adalah ketidaktertarikan atau kurangnya keintiman dalam hubungan, memiliki pola pikir tetap, dan memiliki keyakinan kuat pada takdir.
Bagi para tukang ghosting, penulis penelitian menyarankan untuk merenungkan tindakan kamu, dan coba lihat dari kacamata korban atau mantan pasanganmu. Hal ini dapat membantu kamu menghentikan kebiasaan buruk itu.
Selain itu, tukang ghosting juga perlu meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara langsung, bahkan ketika topiknya mungkin sulit atau tidak nyaman.
"Carilah bantuan dari praktisi kesehatan mental yang mungkin dapat memberi kamu alat untuk meningkatkan tingkat empati dalam hubungan interpersonal," saran Holmes.
Sementara untuk korban ghosting, dia menyarankan agar kamu mengingat kalau tidak sendirian dalam pengalaman itu. "Cobalah untuk tidak menyalahkan diri sendiri atau untuk tidak menghubungi si tukang ghosting lagi," ujarnya. Carilah dukungan kesehatan mental bila kamu membutuhkannya. (aru)
Baca juga: