TEPAT 109 tahun lalu, pada 20 Juli 1913 Pagoejoeban Pasoendan (Paguyuban Pasundan) resmi dibentuk. Paguyuban Pasundan didirikan atas inisiatif para siswa Sunda STOVIA yang bertujuan menyejahterakanmasyarakat Indonesia dan atas dasar solidaritas etnis Sunda, khususnya yang berada di Jawa Barat.
Meskipun dimobilisasi orang-orang Sunda, pemimpin pertama Paguyuban Pasundan justru bukan orang Jawa Barat tulen. Ia bernama Daeng Kanduruan Ardiwinata. Dari namanya mengalir darah etnis Bugis. Kendati demikian, Ardiwinata tidak sepenuhnya non-Sunda, ibunya merupakan perempuan asli Sunda. Ia lahir di Bandung pada 1866 juga sudah dianggap sebagai sesepuh masyarakat Sunda pada abad ke-20.
Kala guncangan di internal Boedi Oetomo (BO) semakin mencuat. Sejumlah anggotanya yang berasal dari tatar Sunda menemui Ardiwinata di kediamannya Gang Paseban, Salemba. Mereka berdiskusi sejenak dan menyepakati dibentuknya organisasi bernama Paguyuban Pasundan pada 18 Juli 1913.
Dua hari kemudian, tepat 20 Juli 1913, Paguyuban Pasundan didirikan secara resmi. Ardiwinata, seorang sastrawan yang saat itu bekerja sebagai pendidik dan menjabat redaktur kepala, dipercaya sebagai ketuanya.
Baca Juga:
Dilahirkan dengan Nama Kusno, Menjadi Bung Karno Sang Proklamator

Para siswa STOVIA yang masuk dalam jajaran kepengurusan Paguyuban Pasundan periode pertama yaitu Dajat Hidayat sebagai wakil ketua, Koesoema Soedjana sebagai bendahara, dan Raden Junjunan serta M. Iskandar sebagai komisaris.
Paguyuban Pasundan bergerak di bidang Pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, kepemudaan, serta pemberdayaan perempuan. Pada akhirnya Paguyuban Pasundan juga mulai menyentuh ranah politik, tanpa mengabaikan misi awalnya begitu saja.
Kongres 29-31 Januari 1949 di Bandung, Paguyuban Pasundan resmi beralih rupa menjadi partai politik bernama Partai Kebangsaan Indonesia (PARKI). PARKI ikut ambil bagian dalam pemilu yang diselenggarakan pada 1955. Sayangnya, suara yang diperoleh PARKI tidak sesuai harapan dan menimbulkan konflik intrik internal yang berlangsung cukup lama.
Akhirnya, pada kongres 29 November 1959 ditetapkan pengembalian nama PARKI menjadi Paguyuban Pasundan kembali. Sejak saat itu Paguyuban Pasundan lebih fokus pada pendidikan dan sosial-budaya, bukan urusan politik.
Dari Paguyuban Pasundan lahirlah sekolah (SD, SMP dan SMA) Pasundan, Universitas Pasundan, Sekolah Tinggi Hukum Pasundan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan.
Usia Paguyuban Pasundan pada akhirnya jauh lebih lama dari BO dan organisasi sejenis yang lahir pada awal abad ke-20. Melalui masa demi masa, Paguyuban Pasundan masih ada hingga hari ini. (DGS)
Baca Juga: