Operator Arum Jeram Coba Bertahan Disaat Pandemi

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 18 Agustus 2020
Operator Arum Jeram Coba Bertahan Disaat Pandemi
Wisata Arum Jeram. (Disparbud Jawa Barat).

MerahPutih.com - Dampak kerugian pandemi COVID-19 terhadap operator wisata arung jeram di Indonesia selama empat bulan mencapai puluhan miliar. Operator arum jeram harus menutup sementara aktivitas sebagai upaya mencegah penyebaran virus.

Data saat ini menunjukan, di Indonesia ada sedikitnya 200 operator wisata arung jeram yang tersebar di 17 sungai di 12 provinsi. Kondisi pandemi, membuat pelaku usaha arum jeram tidak mendatkan pendapatan atau pemasukan.

Ketua Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Amalia Yunita paling tidak, dari 200 operator yang disurvei, terkiat pendapatannya, yang menjawab sebanyak 43 operator. Sehingga, jika dikalkulasikan kerugiannya hampir mencapai Rp40 miliar.

Baca Juga:

Keluarga Besar Denjaka TNI-AL Dapat Bantuan 300 Alat Tes Cepat COVID-19

Namun, tidak menutup kemungkinan, jika seluruh operator menjawab kerugiannya lebih besar. Apalagi dari hasil survei itu operator hanya bisa bertahan tiga bulan untuk tetap menjaga stabilitas keuangan seperti membayar honor karyawan dan lainnya.

Kerugian yang dialami industri wisata yang memanfaatkan arus sungai akibat pembatalan berbagai kegiatan dan puncaknya saat libur Idul Fitri 1441 H, seharusnya pada saat libur hari besar keagamaan itu menjadi momen seluruh operator mendulang pendapatan.

Sebab, di hari raya biasanya jumlah kunjungan melonjak. Tapi, karena pandemi dan adanya kebijakan dari pemerintah di setiap daerah dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19, seluruh operator tidak bisa beroperasi.

FAJI pun mengambil langkah dan upaya untuk mengurangi dampak khususnya yang dirasakan karyawan. Seperti mengusahakan agar karyawan operator arung jeram bisa mendapatkan kartu pra-kerja dan mengumpulkan bantuan-bantuan lainnya.

Dampak lainnya juga sangat dirasakan oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), karena tidak adanya aktivitas (kunjungan) maka sudah dipastikan mereka tidak mendapatkan pemasukan.

"Berbeda dengan krisis ekonomi pada 1998 lalu, objek wisata arung jeram malah dipenuhi wisatawan yang ingin menghilangkan stres, tapi akibat COVID-19 semua kegiatan pariwisata terhenti, sebab objek wisata merupakan zona rawan terjadinya penyebaran virus tersebut karena merupakan pusat keramaian dan orang datang dari berbagai daerah," ujarnya dilansir kantor berita Antara.

Wisata Arum Jeram
Wisata Arum Jeram. (Foto: Antara)

Di sisi lain, Amelia mengatakan dengan kembali dibukanya destinasi wisata andalan khususnya Kabupaten Sukabumi oleh pemerintah daerah setempat pada awal Juli 2020 tentu membawa "angin segar" dan optimistis wisata arung jeram ini bisa kembali bangkit.

Meskipun, Pemkab Sukabumi membatasi jumlah kunjungan hanya 30 persen dari kapasitas, minimalnya operator bisa kembali beroperasi dan mendapatkan masukan dari wisatawan yang datang.

Apalagi dengan adanya bantuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI berupaya peralatan arung jeram untuk adaptasi di masa normal baru, tentunya sangat berarti dan bermanfaat.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Usman Zaelani mengatakan meskipun pihaknya sudah memberikan izin untuk kembali beroperasi wisata arung jeram sesuai Peraturan Bupati Sukabumi, operator wisata ini wajib menerapkan protokol kesehatan baik untuk karyawan maupun wisatawan.

"Jika kami menemukan atau mendapat laporan ada operator wisata arung jeram yang tidak menerapkan protokol kesehatan, tidak segan menutupnya. Tapi, kami berharap dengan mulai bangkitnya wisata adrenalin ini ekonomi warga bisa kembali bangkit," ujarnya.

Baca Juga:

JK Tegaskan Tantangan Seluruh Elemen Bangsa Lepaskan Diri dari COVID-19

#Wisata Indonesia #COVID-19
Bagikan
Bagikan