SELAIN penangkaran gajah dan wisata pantai, Lampung memiliki wisata kuliner nan menggoyang lidah. Salah satu kuliner yang menjadi favorit orang banyak ialah Seruit.
Seruit merupakan makanan khas Lampung yang terdiri dari masakan ikan yang digoreng atau dibakar, lalu dicampur dengan sambal terasi, tempoyak, atau mangga.
Baca juga:
Jenis ikan yang biasa disajikan dengan sambal ini ialah ikan sungai seperti tongkol, layis, belida atau baung.

Menurut salah satu masyarakat Lampung yang sering menyantap seruit, Mohammad Yusuf, keistimewaan seruit ada pada sambal terasi dan tempoyaknya.
Tempoyak diolah dari durian yang sudah diawetkan dan dihaluskan. Kemudian, sambal terasi dan tempoyak akan dicampur dan menghasilkan berbagai varian rasa.
"Semua cita rasa kumpul jadi satu di dalam mulut. Seperti rasa pedas, asam, dan juga manis. Tapi lebih dominan rasa pedasnya," ungkapnya kepada merahputih.com.
Sebelum dibakar atau digoreng, ikan diberi bumbu seperti bawang putih, garam, kunyit, dan jahe yang telah dihaluskan.
Baca juga:
Menu Populer Negara Kumaha Aing: Sambalado Tanak Jariang (Jengkol) asal Padang
Kemudian, ikan dibakar atau digoreng selama kurang lebih 10 menit. Setelah matang, ikan kembali dilumuri dengan kecap manis dan campuran bumbu dari bawang putih, garam, dan ketumbar.
"Biar lebih enak, jangan lupa dimakan sama nasi dan lalapan. Biasanya lalapan seperti daun singkong, daun kemangi, jengkol, terong, petai, dan timun," tambahnya.
Seruit berasal dari kata “nyeruit” yang artinya melakukan kegiatan bersama-sama. Umumnya, makanan ini disantap saat berkumpul dalam acara adat, keagamaan, pesta pernikahan, maupun hanya acara keluarga sederhana.
Sejak zaman dulu, masyarakat Lampung suka sekali berkumpul dengan keluarga, saudara, kerabat dan tetangga. Hal ini juga menggambarkan masyarakat Lampung yang memiliki nilai kebersamaan tinggi.
"Ya seperti masyarakat daerah lainnya di Indonesia. Masyarakat Lampung juga sering sekali berkumpul dan bersilaturahmi antar sesama. Saat berkumpul itu biasanya makan seruit barengan," ujarnya.
Secara budaya, Lampung ternyata terbagi jadi dua masyarakat adat, yakni Lampung Sai Batin dan Lampung Pepaduan.
Keduanya sama-sama memiliki kebiasaan berkumpul. Nah, saat berkumpul ini diperlukan makanan yang bisa dinikmati bersama-sama. Seruit jadi menu yang pantang dilewatkan.

"Kalau untuk masyarakat Lampung Pepaduan, seruit sudah jadi makanan pokok mereka yang harus selalu ada," tambahnya.
Walaupun zaman sudah modern, namun kegiatan berkumpul ini masih dilakukan secara turun temurun hingga sekarang. Ini juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk menjaga tali silaturahmi.
Jika tertarik mencoba, seruit dapat dengan mudah kamu peroleh di beberapa rumah makan pindang, seperti Rumah Makan Cek Mat di Jl. Bahari, Panjang Utara, Kec. Panjang, Kota Bandar Lampung, Lampung. Harganya sekitar kurang lebih Rp40 ribu per porsi. (scp)
Baca juga: