Ngapain Sih Betah Berlama-Lama Menggulir Layanan Pesan-Antar Makanan Sampai Seharian!
SEBENTAR lagi makan siang. Buka ponsel lalu klik aplikasi layanan pesan-antar makanan. Menggulir cari kedai makan kesukaan. Yah lagi enggak ada promo. Coba cek cabang lain. Nah, ada promo, tapi jaraknya dua belas kilometer. Masa ongkos kirim lebih mahal ketimbang harga makanan. Cari tempat lain aja.
Baca juga:
Ibu jari kembali menggulir layar ponsel. Menyimak dengan cermat tiap rumah makan. Pertama-tama cari tempat makan lagi kasih promo potongan harga. Lantas, jarak tetap penting karena menyangkut ongkos kirim. Selanjutnya, lantaran belum pernah coba maka baca atau tonton ulasan makanan tersebut dari pengulas makanan.
Sebanyak 76 persen orang Indonesia, menurut Grab Next; Laporan Tren F&B, Berinovasi untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumen Indonesia 2020, terdorong ingin mencoba restoran baru setelah menyaksikan ulasan makanan.
Pada 2020, lanjut Grab Next, rata-rata pengguna Grabfood Indonesia mencoba sekira tiga restoran berbeda dalam sebulan. Di sisi lain, peningkatan pelaku usaha makanan baru tumbuh sekira 65 persen jika dibandingkan tahun 2019.
"Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi paltform pesan-antar makanan, karena bisnis F&B melihatnya sebagai strategi penting untuk mempertahankan dan tumbuh dalam situasi ini," tulis laporan Grab Next 2021.
Baca juga:
Alhasil pelaku usaha makanan baru menjamur di layanan pesan-antar. Pilihan semakin banyak, harga bersaing, dan masing-masing menawarkan beragam promo menarik mulai dari potongan harga sampai membuat paket makan plus minum tentu saja dengan iming-iming cuma bayar satu tapi dapat dua.
Setelah menonton ulasan makanan, justru tambah bingung karena pilihan semakin banyak. Mau pilih resto A sebab ada promo potongan harga, dekat, tapi resto B sama juga tapi di video ulasan salah satu pengulas makanan kelihatan enak plus menggiurkan, terus resto C semua promo ada, kelihatan enak, dan porsinya besar kan bisa kenyang seharian. Jadi makin bingun kan.
Alasan warga +62 memesan makanan lewat layanan pesan-antar, menurut survei daring Kantar terhadap 4.190 konsumen pada September 2020-Maret 2021, karena menghindari antrean di tempat makan, tidak ada waktu untuk memesan, dan memuaskan hasrat akan makanan tak bisa dimasak di rumah.
Paling tidak ada tiga urutan teratas makanan favorit konsumen pesan karena tidak bisa dibuat dan dimasak di rumah, seperti pizza dengan raihan 52 persen, kue 32 persen, dan pasta 28 persen. "Pizza dixari lebih dari 13 juta kali via Grabfood di tahun 2020," tulis laporan Grab Next 2021.
Meski sudah bolak-balik menimbang ulang beberapa rumah makan atau resto incaran, belum juga satu pun makanan dipesan padahal sudah lebih dari dua jam mata terpaku di depan layar ponsel. Mengapa dengan melimpahnya pilihan justru semakin sulit memutuskan akan membeli makanan apa.
Namun, dari berjam-jam lamanya menggulir pilihan di aplikasi layanan pesan-antar makanan sebenarnya dari segi menu tidak ada hal baru. Sepuluh kategori menu paling banyak dicari warga +62 di Grabfood, antara lain makanan capat saji, martabak, pizza, bakso, ayam, nasi goreng, burger, seblak, mi, dan sate.
Berlama-lama memilih makanan sampai menunda makan siang kadang bukan masalah besar, ketimbang kadung beli tapi ketinggalan promo potongan harga. Tiga promo paling menari bagi konsumen, menurut Grab Next 2021, di urutan pertama sebanyak 79 persen konsumen tertarik pada program beli satu gratis satu, lalu pada raihan kedua sebanyak 67 persen tertarik karena gratis ongkos kirim, dan 64 persen lantaran ada potongan harga. (Avia)
Baca juga: