MerahPutih.com - Pemberhentian Suharso Monoarfa dari Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai tidak akan memiliki dampak pada keharmonisan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Golkar.
Hal tersebut disampaikan Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando EmaS merespons nasib KIB pasca lengsernya Suharso dari posisi Ketum PPP.
Baca Juga
KPU Belum Bersikap atas Pemberhentian Suharso Monarfa dari Ketum PPP
“Saya melihat tidak akan memiliki dampak berarti karena PPP yang memilik suara terkecil dibanding dengan Golkar dan PAN apalagi Suharso tidak termasuk yang dipertimbangkan untuk diusung oleh KIB menjadi capres atau cawapres pada Pilpres 2024,” kata Fernando Selasa,(6/9).
Fernando memandang, perpecahan PPP tidak akan berdampak kepada KIB lantaran berisi parpol yang pro kepada pemerintah.
"Kalaupun terjadi Muktamar Luar Biasa PPP yang terpilih dan disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM sebagai Ketum adalah yang pro dan loyal terhadap pemerintah,” ujarnya.
Baca Juga
Seharusnya, kata Fernando, saat ini yang menjadi pertimbangan PPP adalah dampak yang dihasilkan dari perpecahan terhadap eksistensi pada Pemilu 2024.
“Karena pasca perpecahan 2014 yang lalu perolehan suara PPP selalu turun dan terancam tidak lolos ambang batas DPR RI,” kata Fernando.
Seperti diketahui, Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP di Banten, Minggu (4/9), memutuskan memberhentikan Suharso Monoarfo sebagai Ketua Umum PPP.
Posisi Suharso digantikan Muhammad Mardiono yang diangkat sebagai Plt Ketua Umum PPP. (Pon)
Baca Juga
Wantimpres Muhammad Mardiono Ditunjuk Gantikan Suharso Jadi Plt Ketum PPP