SEBUAH misi baru NASA yang dirancang untuk meningkatkan prakiraan badai telah diluncurkan. Misi itu diluncurkan tepat sebelum kedatangan musim badai Atlantik 2023 pada 1 Juni. Misi NASA yang satu mencakup konstelasi CubeSats yang disebut TROPICS atau Observasi Struktur Curah Hujan yang Diselesaikan Waktu dan Intensitas Badai dengan Konstelasi Smallsats.
Dua CubeSat pertama lepas landas dari Mahia, Selandia Baru, dengan Rocket Lab Electron pada pukul 21.00 waktu setempat, Mingu (7/5). Misi pertama diberi nama Rocket Like a Hurricane, sedangkan dua CubeSat tambahan diberi nama Coming to a Storm Near You akan diluncurkan dari lokasi yang sama dalam waktu sekitar dua minggu mendatang.
BACA JUGA:
Secara bersama-sama, keempat satelit tersebut, masing-masing berbobot 12 pon dan berukuran sebesar sepotong roti, akan mengamati siklon tropis dari orbit rendah Bumi. Setelah semuanya berada di orbit, satelit-satelit kecil itu akan membentuk konstelasi yang melakukan pengamatan lebih sering daripada satelit pemantau cuaca saat ini.
“Kebutuhan akan data iklim dan cuaca yang lebih baik dari luar angkasa sangat akut dan terus meningkat. Badai dan badai tropis berdampak buruk pada kehidupan dan mata pencaharian, jadi kami sangat bangga dipercaya oleh NASA untuk meluncurkan misi TROPICS yang akan memungkinkan para ilmuwan dan peneliti memprediksi kekuatan badai secara akurat dan memberi orang waktu untuk mengungsi dan membuat rencana,” kata pendiri dan CEO Rocket Lab Peter Beck seperti dilaporkan CNN.
Beck menambahkan, dengan semakin dekatnya musim badai 2023, misi ini menjadi sangat penting. Setiap CubeSat akan mengorbit sekitar 340 mil (550 kilometer) di atas permukaan bumi dan menangkap pengamatan per jam dari presipitasi, suhu, dan kelembapan badai tropis. Satelit saat ini mengambil data serupa, tetapi hanya setiap enam jam, yang membuatnya lebih sulit untuk mengukur intensitas badai.
BACA JUGA:
Data yang lebih sering dapat membantu ilmuwan memahami perubahan cepat yang dapat terjadi dalam badai, memengaruhi struktur dan stabilitasnya, serta membantu ahli meteorologi meningkatkan model prediksi dan prakiraan mereka.
Data yang dikumpulkan TROPICS akan dibagikan ke National Oceanic and Atmospheric Administration, Joint Typhoon Warning Center, National Hurricane Center, dan mitra lainnya. Satelit akan mengukur uap air terutama yang terletak di troposfer, atau lapisan terendah atmosfer Bumi, tempat sebagian besar fenomena cuaca terjadi.
“Hal yang menarik tentang ini ialah kemampuannya untuk melihat ke dalam badai, tetapi juga kemampuan untuk melihat bagaimana badai berubah dalam waktu singkat,” kata Dr Will McCarty, ilmuwan program di Divisi Ilmu Bumi NASA.(dsh)
BACA JUGA: