LUAR angkasa bukanlah tempat yang bebas dari sampah. Sebaliknya, ruang ini justru penuh sampah. Bentuknya saja yang berbeda dari sampah di bumi. Sampah di sana berupa potongan-potongan pesawat luar angkasa yang tidak terpakai.
Mengumpulkan sampah itu bukanlah perkara mudah. Namun, bayangkanlah ini. Kamu mengumpulkan sampah ke sebuah tas berukuran besar, lalu membuangnya. Begitulah pengelolaan sampah luar angkasa. Sampah itu akan dibuang ke fasilitas daur ulang orbital.
Ini adalah tujuan dari perusahaan startup TransAstra yang menciptakan tas penangkap angin. TransAstra yang berbasis di California, baru-baru ini memenangkan kontrak tahap awal senilai USD 850.000 (Rp 12,9 miliar) dari NASA untuk mengembangkan dan menguji tas penangkap angin ini di lapangan. Demikian dilaporkan oleh SpaceNews.
Seperti dilaporkan Gizmodo, Kamis (31/8), tas penangkap itu awalnya dirancang untuk Misi Pengalihan Asteroid, yang bertujuan untuk dipertemukan dengan asteroid dekat Bumi dan diambil sampel batu dari permukaannya.
TransAstra menyadari bahwa konsepnya juga dapat diterapkan untuk membersihkan sampah luar angkasa.
Baca juga:
NASA Daur Ulang 98 Persen Urin dan Keringat Astronot di Ruang Angkasa

Saat ini, lebih dari 27.000 potongan sampah orbital sedang dipantau oleh Jaringan Pengawasan Luar Angkasa Departemen Pertahanan AS. Masih banyak pecahan kecil lainnya yang tidak terdeteksi.
Jumlah itu terus bertambah seiring dengan peningkatan peluncuran pesawat luar angkasa ke orbit rendah Bumi. Kondisi semakin parah sehingga misi untuk membersihkan sampah luar angkasa bisa berpotensi bertabrakan dengan sampah luar angkasa yang ada.
TransAstra berencana mengirimkan tas penangkap sampah itu ke orbit yang memungkinkan tas tersebut mengembang dan mengumpulkan sampah orbital seperti Pac-Man luar angkasa. Tas itu akan terhubung dengan kapal tunda luar angkasa yang disebut Worker Bee.
Baca juga:
NASA Bangun Sistem Pendaratan Astronaut di Bulan

Setelah itu, tas penangkap akan membawa koleksi sampah luar angkasa tersebut ke fasilitas daur ulang orbital bernama ThinkPlatform.
Menurut Nicole Shumaker, Wakil Presiden Kemitraan Strategis TransAstra, perjalanan berulang kali untuk mengambil sampah luar angkasa dan membawanya kembali ke atmosfer Bumi memerlukan banyak bahan bakar dan waktu yang signifikan.
"Stasiun daur ulang di luar angkasa dapat mengatasi masalah ini dan mengubah apa yang sebelumnya merupakan beban menjadi aset, yang tidak hanya mengurangi sampah orbital, tetapi juga membuka peluang baru untuk manufaktur dan konstruksi di luar angkasa," tukasnya. (waf)
Baca juga:
NASA Tunda Lagi Peluncuran Artemis I hingga November 2022